DEMAM THYPOID ATAU TIFUS
BAB
I
PENDAHULUAN
I.I.Latar Belakang
Demam thypoid menjadi masalah kesehatan, yang umumnya terjadi dinegara yang
sedang berkembang karena akibat kemiskinan, kriminalitas dan kekurangan air
bersing yang dapat diminum. tetapi lebih
sering bersifat seporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang
menimbulkan lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah. Demam thypoid dapat
di temukan sepanjang tahun. Insiden tertinggi didapatkan pada anak-anak dan
tidak ada perbedaan yang nyata anatra insidensi demam thypoid pada wanita dan
pria. Diagnose dari pelubangan penyakiit thypoid dapat sangat berbahaya apa bila
terjadi selama kehamilan atau pada periode setelah melahirkan. Kebanyakan
penyebaran penyakit demam typoid ini tertular pada manusia pada daerah-daerah
berkembang, ini dikarenakan pelayanan kesehatan yang belum baik, hygiene
personal yang buruk. Salah satu contoh di negara Nigeria, dimana terdapat 467
kasus dari tahun 1996 sampai dengan 2000.
Dalam lingkungan kita
menjadi endemic di selatan dan Amerika Utara, Timur Tengah, Tenggara dan hampir
seluruh Asia termasuk India. Di seluruh dunia tercatat sekitar 33 juta kasus
dari demam typoid dan menyebabkan lebih dari 500.000 kematian.
I.2. Rumusan
Masalah
1.
Apa yang
disebut dengan thypoid?
2.
Apa penyebab
terjadinya thypoid?
3.
Apa tanda
dan gejala thypooid?
4.
Menjelaskan manifestasi
klinis thypoid?
5.
Menjelaskan patofisiologi
thypoid?
6.
Menjelaskan
pemeriksaan penunjang thypoid?
7.
Menjelaskan
penatalaksanaan thypoid?
8.
Menjelaskan
komplikasi thypoid?
I.3 Tujuan
Tujuan Umum :
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan demam
thypiod.
Tujuan Khusus :
Untuk mengidentifikasi pengertian, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologi, komplikasi, penatalaksanaan, dan pemeriksaan penunjang tentang thypoid.
I.4. Manfaat Penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan thypoid
2. Mengerti apa yang menyebabkan thypoid
3. Mengetahui proses dari thypoid
4. Mengetahui pemeriksaan yang harus dilakukan pada penyakit thypoid
5. Mengetahui patofisologi thypoid
6. Mengetahui manifestasi klinis thypoid
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang thypoid
8. Mengetahui penatalaksanaan thypoid
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
II.1. Pengertian Thypoid
Thypoid adalah
penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh
faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and
Sudart, 1994 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut
usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi ( Arief Maeyer, 1999 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut
usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para
thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid
abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1996 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi pada
usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever, enteric
fever, typhus dan para typhus abdominalis (.Seoparman, 1996).
Typhoid adalah suatu penyakit pada
usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa,
salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).
Dari
beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah
suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A, B dan
C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
II.2. Manifestasi Klinis
Masa tunas 7-14
(rata-rata 3 – 30) hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala
awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas) :
• Perasaan tidak enak badan
• Lesu
• Nyeri kepala
• Pusing
• Diare
• Anoreksia
• Batuk
• Nyeri otot (Mansjoer, Arif 1999).
• Perasaan tidak enak badan
• Lesu
• Nyeri kepala
• Pusing
• Diare
• Anoreksia
• Batuk
• Nyeri otot (Mansjoer, Arif 1999).
Menyusul gejala klinis
yang lain
1. Demam
1. Demam
Demam berlangsung 3
minggu
Ø Minggu I : demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat
pada sore dan malam hari nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi
atau diare, perasaan
tidak enak diperut, batuk dan
epistaksis, pada
pemeriksaan fisik tidak hanya didapat peningkatan suhu badan
Ø Minggu II : Demam terus, Demam, Bradikardikardi
relatif lidah thypoid (kotor ditengah, tepi dan ujung merah tremor), Hepatomegali, Plenomegali, Meteorismus,
Gangguan
kesadaran seperti samnolen
Ø Minggu III : Demam mulai turun secara berangsur – angsur.
2. Gangguan Pada Saluran Pencernaan
Ø
Lidah kotor
yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang
disertai tremor
Ø
Hati dan limpa membesar yang nyeri pada
perabaan
Ø
Terdapat
konstipasi, diare
3. Gangguan Kesadaran
3. Gangguan Kesadaran
Ø
Kesadaran yaitu
apatis – somnole.
Ø
Gejala lain
“ROSEOLA” (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit)
(Rahmad Juwono, 1996).
II.3. Etiologi
Penyakit
tifus disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa, basil gram negatif,
berflagel (bergerak dengan bulu getar), anaerob, dan tidak menghasilkan spora.
Bakteri tersebut memasuki tubuh manusia melalui saluran pencernaan dan manusia
merupakan sumber utama infeksi yang mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit
saat sedang sakit atau dalam pemulihan. Kuman ini dapat hidup dengan baik
sekali pada tubuh manusia maupun pada suhu yang lebih rendah sedikit, namun
mati pada suhu 70°C maupun oleh antiseptik. Demam tifoid adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi (Soedarto,
1996).
Terdapat
ratusan jenis bakteri salmonella, tetapi hanya 4 jenis yang dapat menimbulkan
tifus yaitu:
a.
Salmonella thyposa, basil gram negative
yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora mempunyai sekurang-kurangnya
tiga macam antigen yaitu:
Ø antigen
O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida) : merupakan polisakarida yang sifatnya spesifik untuk
grup Salmonella dan berada pada permukaan organisme dan juga merupakan somatik
antigen yang tidak menyebar
Ø antigen
H : terdapat pada flagella
dan dan bersifat
termolabil
Ø antigen
V1 (merupakan
kapsul yang meliputi tubuh kuman dan
melindungi antigen O terhadap fagositosis) dan
protein membrane hialin.
b.
Salmonella parathypi A
c.
salmonella parathypi B
d.
Salmonella parathypi C
e. Faces dan Urin dari penderita thypus (Rahmad
Juwono, 1996).
Carier
adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi
salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
II.4. Patofisiologi
Penularan
salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5
F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly
(lalat), dan melalui Feses.
Feses
dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi
kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat,
dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat.
Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci
tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang
yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman
akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian
distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman
berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial.
Pada
akhir masa inkubasi (5-9 hari) kuman kembali masuk dalam darah (bakteremi
sekunder) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus
halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong di atas Plak Peyer. Tukak tersebut
dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Pada masa bakteremi ini,
kuman mengeluarkan endotoksin yang mempunyai peran membantu proses peradangan
lokal dimana kuman ini berkembang.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia
berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada
usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya
merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang
meradang.
II.5. Komplikasi
a. Komplikasi intestinal
1)
Perdarahan
usus
2)
Perporasi
usus
3)
Ilius
paralitik
b. Komplikasi extra intestinal
1.
Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi
(renjatan sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
2.
Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia,
dan syndroma uremia hemolitik.
3.
Komplikasi paru : pneumonia,
empiema, dan pleuritis.
4.
Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis,
kolesistitis.
5.
Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis
dan perinepritis.
6.
Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis,
spondilitis dan arthritis.
7.
Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus,
meningitis, polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.
II.6. Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
a. Pemeriksaan leukosit
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam
typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya
leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid,
jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan
kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi
sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk
diagnosa demam typhoid.
b.
Pemeriksaan SGOT
dan SGPT
SGOT dan SGPT pada
demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya
typhoid.
c.
Biakan darah
Bila biakan darah
positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif
tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil
biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1.
Teknik
pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
2.
Saat pemeriksaan
selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah
terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang
pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif
kembali.
3.
Vaksinasi di
masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
4.
Pengobatan
dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
d.
Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara
antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella
thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang
pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang
disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat
antibodi atau aglutinin yaitu :
1.
Aglutinin O,
yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
2.
Aglutinin H,
yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
3.
Aglutinin Vi,
yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
Faktor
– faktor yang mempengaruhi uji widal :
a.
Faktor yang
berhubungan dengan klien :
1.
Keadaan umum :
gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
2.
Saat pemeriksaan
selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam darah setelah klien
sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.
3.
Penyakit –
penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat menyertai demam typhoid
yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia dan
karsinoma lanjut.
4.
Pengobatan dini
dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti mikroba dapat menghambat
pembentukan antibodi.
5.
Obat-obatan
imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat menghambat
terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem retikuloendotelial.
6.
Vaksinasi dengan
kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau tipa, titer
aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6
bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama
1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang yang pernah
divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.
7.
Infeksi klien
dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya : keadaan ini dapat
mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang
rendah.
8.
Reaksi anamnesa
: keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap salmonella thypi
karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typhoid pada seseorang yang
pernah tertular salmonella di masa lalu.
II.7.Cara Mengobati Penyakit Thypoid
Penyakit ini tidak
terlalu parah, namun sangat dapat menganggu aktifitas kita. Yang sangat
dibutuhkan adalah istirahat total selama beberapa minggu bahkan bulan. Bagi
orang yang sangat aktif, hal ini sangat menderita. Anda terasa tidak bisa
apa-apa ( setidaknya ini yang saya rasakan ketika menderita penyakit ini).
Yang perlu
diperhatikan pasca terkena Tipes adalah pola makan yang benar. Misalnya harus
lunak, ya terapkan makan lunak sampai batas yang telah ditentukan dokter,
kemudian makanan yang berminyak, pedas, asam, spicy hindari. Kurangi kegiatan
yang terlalu menguras tenaga. Kemudian untuk menjaga stamina bisa diberikan Kapsul
Tapak ( sesuai ketentuan dokter) Liman 3 x 2 Kaps/hr, Kaps Daun sendok 3 x 2
Kaps.hr, dan Patikan Kebo 3x1 Kaps/hr. (untuk membantu mempercepat penyembuhan
luka diusus akibat Typus).
Pengobatan
pada penderita ini meliputi tirah baring, diet rendah serat – tinggi kalori dan
protein, obat-obatan berupa antibiotika (dijelaskan pada paragraf berikutnya),
serta pengobatan terhadap komplikasi yang mungkin timbul.
Obat untuk
penyakit Types adalah antibiotika golongan Chloramphenikol, Thiamphenikol,
Ciprofloxacin dll yg diberikan selama 7 – 10 hari. Lamanya pemberian
antibiotika ini harus cukup sesuai resep yg dokter berikan. Jangan dihentikan
bila gejala demam atau lainnya sudah reda selama 3-4 hari minum obat. Obat
harus diminum sampai habis ( 7 – 10 hari ). Bila tidak, maka bakteri Tipes yg
ada di dalam tubuh pasien belum mati semua dan kelak akan kambuh kembali
II.8. Pencegahan
penyakit thypoid
Pencegahan
utama dalam penyebaran penyakit ini yaitu dengan meningkatkan higiene sanitasi
makanan dan lingkungan seperti membiasakan cuci tangan dengan bersih setelah
BAB dan sebelum makan.
Vaksinasi
dengan menggunakan vaksin T.A.B (mengandung basil thypoid dan parathypoid Adan
B yang dimatikan ) yang diberikan subkutan 2 atau 3 kali pemberian dengan
interval 10 hari merupakan
tindakan yang praktis untuk mencegah penularan demam thypoid. Jumlah kasus
penyakit itu di Indonesia cukup tinggi, yaitu sekitar 358-810 kasus per 100.000
penduduk per tahun. Suntikan imunisasi thypoid boleh dilakukan setiap dua tahun manakala vaksin oral
diambil setiap lima tahun. Bagaimanapun, vaksinasi tidak memberikan jaminan
perlindungan 100 peratus.
Minum air
yang telah dimasak. Masak air sekurang-kurangnya lima minit penuh (apabila air sudah masak, biarkan ia
selama lima minit lagi). Buat air
batu menggunakan air yang dimasak. Sekiranya
sedang dalam perjalanan, gunakan air botol atau minuman berdesis
berkarbonat tanpa ais. Anda hendaklah lebih berhati-hati dengan ais kacang atau
air batu campur yang menggunakan
air hancur, terutama
sekali dalam keadaan sekarang. Makan
makanan yang baru dimasak. Jika terpaksa makan di warung, pastikan makanan yang dipesan khas dan berada dalam
keadaan `berasap’ karena baru diangkat dari dapur. Tudung semua makanan dan minuman agar
tidak dihinggapi lalat. Letakkan makanan ditempat tinggi.
Gunakan
penyepit, sendok, atau
garpu bersih untuk mengambil makanan. Buah-buahan hendaklah dikupas dan dibilas sebelum dimakan. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
sebelum menyedia atau memakan makanan,membuang sampah sarap,
memegang bahan mentah atau selepas membuang air besar. Anda akan mendapati insiden thypoid berkurangan dengan amalan
ini yang sepatutnya menjadi kewajiban sehari - hari dan bukan hanya musim
wabak. Pilih tempat dan pengendali makanan yang
bersih. Dalam keadaan sekarang,
adalah baik sekiranya orang ramai mengelak daripada membeli makanan atau minuman penjaja jalanan
terutamanya yang menjual minuman dingin. Bersihkan tempat pembiakan lalat – lalat. Gunakan tempat
yang sempurna. Segeralah periksa ke dokter jika mengalami tanda-tanda
dijangkiti thypoid. Pusat Penelitian Penyakit dari Amerika Serikat memberikan dua metode bagi melindungi diri anda dari demam
thypoid:
a.
Rebus, masak, kupas
Hindarkan makanan dan minuman yang beresiko (jajanan jalan). Ini mungkin mengejutkan anda tetapi melihat apa yang anda makan dan minum terutama saat dalam perjalanan adalah penting untuk kesehatan .Dengan menghindari makanan beresiko juga mampu melindungi diri anda dari penyakit seperti kolera/taun, disenteri dan hepatitis A.
Hindarkan makanan dan minuman yang beresiko (jajanan jalan). Ini mungkin mengejutkan anda tetapi melihat apa yang anda makan dan minum terutama saat dalam perjalanan adalah penting untuk kesehatan .Dengan menghindari makanan beresiko juga mampu melindungi diri anda dari penyakit seperti kolera/taun, disenteri dan hepatitis A.
b.
Dapatkan
Vaksin S.Thypi
Jika anda menetap atau dalam perjalanan menuju ke negara yang biasa diserang wabah demam, anda perlu mempertimbangkan pemberian vaksin demam. Temui dokter jika ingin mengetahui lebih lanjut tentang pilihan vaksin anda.
Jika anda menetap atau dalam perjalanan menuju ke negara yang biasa diserang wabah demam, anda perlu mempertimbangkan pemberian vaksin demam. Temui dokter jika ingin mengetahui lebih lanjut tentang pilihan vaksin anda.
Pada pria
lebih banyak terpapar dengan kuman S. typhi dibandingkan wanita karena aktivitas di luar rumah
lebih banyak. Semua kelompok umur dapat tertular penyakit thypoid, tetapi yang banyak adalah
golongan umur dewasa. Angka kejadian demam thypoid
tidak dipengaruhi musim, tetapi pada daerah – daerah yang terjadi endemik demam thypoid, angka kejadian meningkat pada
bulan – bulan tertentu. Di Indonesia, angka kejadian demam thypoid meningkat pada
musim kemarau panjang atau awal musim hujan.
Hal ini
banyak dihubungkan dengan meningkatnya populasi lalat pada musim tersebut dan
penyediaan air bersih yang kurang memuaskan.Demam thypoid masih merupakan
masalah besar di Indonesia. Penyakit ini di Indonesia bersifat sporadik endemik
dan timbul sepanjang tahun. Kasus demam thypoid di Indonesia,masih cukup tinggi
berkisar antara 354-810 / 100.000 penduduk pertahun. Di Palembang dari penelitian retrospektif selama
periode 5 tahun ( 1990-1994) didapatkan sebanyak 83kasus ( 21,5 %) penderita
demam thypoid dengan hasil biakan darah salmonella positif dari penderita yang
dirawat dengan klinis demam thypoid. Demam thypoid adalah penyakit yang umum di Indonesia.
BAB
III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Typhoid
adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type
A, B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Etiologi demam thypoid adalah
salmonella thypi. Gejala- gejala yang timbul bervariasi. Penyakit
dapat ditimbulkan dari berbagai factor, dan dapat membahayakan kesehatan bahkan
berakibat kematian. Untuk itu menjaga kebersihan dirasa perlu demi menjaga
kesehatan diri dan lingkungan, agar terhindar dari penyakit yang membahayakan
kesehatan kita.
HCL (asam
lambung) dalam lambung berperan sebagai penghambat masuknyaSalmonella spp dan
lain-lain bakteri usus. Jika Salmonella spp masuk bersama-samacairan, maka
terjadi pengenceran HCL yang mengurangi daya hambat terhadapmikroorganisme
penyebab penyakit yang masuk. Daya hambat HCL ini akan menurun pada waktu
terjadi pengosongan lamung, sehingga Salmonella spp dapat masuk ke dalamusus
penderita dengan lebih senang.
Dalam makalah ini dapat
disimpulkan, bahwa penyakit demam thypoid merupakan salah satu
penyakit yang sering terjadi dalam masyarakat dan sampai saat ini masih
belum bisa ditangani dan dihentikan. Menjaga diri dan lingkungan masing – masing merupakan cara terbaik untuk mencegah penyakit
ini datang.
III.2. Saran
Demam
thypoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber
dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup umumnya adalah baik. Dengan kasus demam thypoid, semoga
bisa menjadi acuan pemahaman mengenai bagian-bagian yang terkait dengan demam
typoid, dan dapat mengetahui cara pencegahan yang benar.
Sebagai
tenaga kesehatan, kita sebaiknya memberikan penyuluhan kepada masyarakat
terutama pada anak-anak supaya menjaga kebersihan, baik kebersihan lingkungan,
makanan, air minum, dan kebersihan diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Marylin E
Doengoes. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 . EGC. Jakarta. 1999.
Barbara Engram, 1998 “ Keperawatan
Medikal Bedah , EGC Jakarta
Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing
Diagnoses: Definition & Classification 2001-2002, NANDA
Kuncara, H.Y, dkk, 2002,
Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, EGC, Jakarta
http://infopenyakit.blogspot.com/2007/11/demam-typhoid.html. diperoleh
tanggal 11 mei 2013 (15.10 WIB)
http://dwaney.wordpress.com/2010/11/11/
thipoid.html . diperoleh tangal 13 mei 2013 (11.30 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar