Jumat, 05 Juli 2013

MAKALAH SOSIOLOGI “HUBUNGAN ANTARA RELIGI DENGAN KESEHATAN”


MAKALAH SOSIOLOGI
HUBUNGAN ANTARA RELIGI DENGAN KESEHATAN

 
DAFTAR ISI

Kata pengantar ...................................................................................................................... 1
Daftar Isi............................................................................................................................... 2
BAB I Pendahuluan .............................................................................................................. 3
I.1. Latar Belakang...................................................................................................... 3
I.2. Rumusan Masalah ................................................................................................. 5
I.3. Tujuan .................................................................................................................... 5
BAB II Landasan Teori ........................................................................................................ 6
BAB III Pembahasan............................................................................................................ 7
III.1. Pengertian Agama .............................................................................................. 7
III.2. Pengertian Kesehatan ......................................................................................... 8
III.3. Hubungan antara Agama dan Kesehatan........................................................... 9
BAB IV Ulasan Materi ....................................................................................................... 11
IV.1. Pola yang berhubungan antara Agama dan Kesehatan .................................... 11
IV.2.Aspek – aspek yang berhubungan antara Agama dan Kesehatan ..................... 17
IV.3. Pengaruh Agama dalam Kesehatan .................................................................. 19
IV.4. Fungsi Agama bagi Kesehatan......................................................................... 22
BAB V Penutup.................................................................................................................. 25
V.1. Kesimpulan ........................................................................................................ 25
V.2. Saran.................................................................................................................. 25
Daftar Pustaka..................................................................................................................... 26

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
   Agama adalah suatu ajaran dimana setiap pemeluknya dianjurkan untuk selalu berbuat baik. Untuk itu semua penganut agama yang mempercayai ajaran dan melaksanakan ajarannya mereka akan senantiasa melaksanakan segala hal yang ada dalam ajaran tersebut. Manusia tidak bisa dilepaskan dengan agama, ketika manusia jauh dari agama maka akan ada kekosongan dalam jiwanya. Walaupun mungkin kebutuhan materialnya mereka terpenuhi. Akan tetapi kebutuhan batin mereka tidak, sehingga mereka akan mudah terkena penyakit hati.
Penyakit hati yang melanda manusia yang tidak beragama akan senantiasa menghantui mereka sehingga mereka akan mudah putus asa. Oleh karena itu orang yang tidak beragama ketika mendapatkan persolan hidup mereka akan mudah putus asa dan akhirnya mereka akan melakukan penyimpangan atau tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma atau ajaran agama.
Banyak  penyakit karena emosi-emosi buruk itu, yang tidak mungkin dapat disembuhkan oleh obat. Penyakit-penyakit sejenis ini dinamakan penyakit psikosomatik. Krisis akhlak pun mempunyai sebab-sebab dalam emosi tercela yang sedang merajalela. Karena emosi itu merupakan kenyataan yang dapat disaksikan pada tubuh manusia dan dapat dibagi dalam emosi yang negatif dan positif, sedangkan yang positif dapat melenyapkan atau menetralkan yang negatif dan menjadi peserta dalam insting religius, lantas akan menjadi bukti nyata bahwa religi itu anasir yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Jadi, religi bukan obat bius atau racun. Bahkan, sebaliknya religi menjadi obat mujarab bagi penyakit-penyakit yang disebabkan oleh gangguan emosi negatif.
Pintu gerbang ke neraka ada tiga buah, yang merusak jiwa, yakni keinginan (syahwat), marah, dan serakah. Dalam ilmu kedokteran baru yang dinamai psikosomatik, yang sedang marak dipelajari di Eropa dan Amerika oleh Dr J.L.C. Wortman, dikatakan bahwa ilmu psikosomatik, ilmu kedokteran, agama, dan filsafat berjabatan tangan. Hal itu benar-benar akan menjadi pembuka jalan ke arah dunia baru, yang sejak lama kita nanti-nantikan dan yang akan menjamin kehidupan bahagia bagi seluruh umat manusia, lahir dan batin.
Ilmu kedokteran psikosomatik -oleh ilmuwan Belanda Prof V. Rijnberk- dinamai juga ilmu kedokteran kesusilaan. Alasannya, bila seseorang sakit, seluruh jasmani dan rohaninya sakit. Bukan sebagian atau hanya jasmaninya yang sakit. Pendapat baru ini mungkin dapat digunakan sebagai pembuka jalan ke arah dunia kedokteran baru.
          Ilmu kedokteran menjadi pembuka tabir rahasia seperti yang terbukti dalam kehidupan manusia. Alexis Carel, Freud, Jung, dan Robert, misalnya, adalah nama-nama ahli ilmu kedokteran yang memecahkan masalah-masalah yang tidak mungkin dapat diperoleh oleh ahli-ahli di lapangan ilmu pengetahuan lain. Dengan pendapat baru itu, ilmu kedokteranlah yang pertama mengerti bahwa di antara ilmu kedokteran, filsafat, dan agama, ada tali hubungan. Dengan tali-tali hubungan itu, kita dapat mengerti kesatuan berupa makhluk hidup yang dinamai manusia sebagai keseluruhan, bukan sebagai reduksi.
Terutama agama, yang sejak masa kesombongan ilmu pengetahuan, menjelma sebagai positivisme akibat diperolehnya hasil-hasil yang menyilaukan, mula-mula diejek, kemudian diingkari, tapi sekarang diakui oleh ilmu psikosomatik sebagai anasir yang sangat penting di dalam kehidupan tiap-tiap orang yang ingin memperoleh kebahagiaan.
Pada zaman dahulu penyakit yang diderita oleh manusia sering dihubungkan dengan gejala-gejala spiritual. Ketika ada salah seorang dari mereka ada yang sakit, maka dengan spontanitas mereka akan mengkaitkan penyakit tersebut karena adanya gangguan dari makhluk halus. Oleh karena itu pada zaman dahulu ketika ada orang yang menderita penyakit selalu berkaitan dengan para dukun yang dipercaya mampu untuk berkomunikasi dengan makhluk tersebut sehingga diharapkan sang dukun dapat mengobati penyakitnya atau menahan gangguannya. 
Ketika pemikiran manusia mengalami perkembangan, maka hal yang demikian tidak berlaku lagi di tengah-tengah masyarakat kita yang sudah mengenal modernisasi. Segala macam bentuk penyakit yang di derita oleh manusia akan selalu mereka hubungkan dengan keadaan sang penderita dan untuk mengobati penyakit tersebut mereka akan selalu pergi kepada seorang dokter yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Kepercayaan ini memang sebagian besar dapat dibuktikan oleh keberhasilan pengobatan dengan menggunakan peralatan dan pengobatan hasil temuan di bidang kedokteran modern.
I.2. Rumusan Masalah
Identifikasi perumusan masalah ini didasari materi yang dipelajari yaitu hubungan antara Religi dan Ilmu Kesehatan terdiri dari :
1.      Jelaskan hubungan antara Religi dan ilmu kesehatan!
2.      Bagaimana perkembangan mengenai ilmu kesehatan?
3.      Apa aspek yang berhubungan dengan Religi dan ilmu kesehatan?
4.      Jelaskan pola hubungan dari Religi dan Kesehatan!
5.      Bagaimana pandangan dari segi agama tentang ilmu kesehatan yang semakin modern?
6.      Apa fungsi agama untuk kesehatan itu sendiri?

I.3. Tujuan
Pembuatan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1.         Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi
2.         Untuk mengetahui hubungan antara Religi dan Kesehatan.
3.         Untuk mengetahui perkembangan mengenai ilmu kesehatan.
4.         Mengetahui aspek – aspek yang terdapat pada religi dan kesehatan
5.         Mampu mengidentifikasi pola yang terkandung pada religi dan kesehatan
6.         Untuk mengetahui segi pandangan dari ajaran agama tentang perkembangan ilmu kesehatan.
7.         Untuk mengetahui ungsi dari agama bagi kesehatan.






BAB II
LANDASAN TEORI
Teori sebab akibat secara umum adalah bahwa setiap akibat ada penyebabnya. Terdapat banyak kesamaan dan sedikit pertentangan tentang toeri sebab akibat. Manifestasi teori sebab akibat pada bidang agama dan kesehatan menunjukkan realitas akan komprehansif dan keterkaitan antara bidang agama dan kesehatan.
Agama dan kesehatan memiliki asosiasi yang timbal balik. Mengacu pada teori sebab akibat bahwa setiap akibat ada penyebabnya, maka setiap penyakit ada penyebab dan juga ada obatnya sehingga diperlukan kesadaran untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan. Artikel ini mendeskripsikan tentang teori sebab akibat dan aplikasinya dalam bidang agama dan kesehatan. Aspek-aspek yang diuraikan dalam tulisan ini mencakup pandangan filsafat teori sebab akibat dari beberapa filosof, teori sebab akibat (kausalitas) secara umum, definisi dan prinsip-prinsip teori sebab akibat serta aplikasinya pada bidang agama dan kesehatan.
Teori sebab akibat secara umum adalah bahwa setiap akibat ada penyebabnya. Terdapat banyak kesamaan dan sedikit pertentangan tentang toeri sebab akibat. Manifestasi teori sebab akibat pada bidang agama dan kesehatan menunjukkan realitas akan komprehansif dan keterkaitan antara bidang agama dan kesehatan.
Agama dan kesehatan memiliki asosiasi yang timbal balik. Mengacu pada teori sebab akibat bahwa setiap akibat ada penyebabnya, maka setiap penyakit ada penyebab dan juga ada obatnya sehingga diperlukan kesadaran untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan.








BAB III
PEMBAHASAN

III.1. Pengertian Agama
  Agama merupakan salah satu struktur institusional penting yang melengkapi keseluruhan sistem sosial, bahkan kemasalah tentang kesehatan. Agama adalah seperangkat aturan dan peraturan yang menata hubungan manusia dengan Tuhannya,manusia dengan manusia lain dan manusia dengan lingkungannya. Aturan – aturan tersebut penuh dengan muatan sistem nilai, karena pada dasarnya aturan – aturan bersumber pada etos dan pandangan hidup.
  Dengan demikian, sistem religi yang mendapat pengakuan resmi dari suatu Negara disebut Agama.
  Koentjaraningrat (1974: 137 – 138) mengemukakan pendapatnya dan membagi sistem religi dalam komponen – komponen sebagai berikut:
1.      Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia menjadi religius
2.      Sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan serta bayangan – bayangan manusia tentang sifat – sifat Tuhan serta tentang wujud dari alam ghaib (supranatural)
3.      Sistem upacara yang bertujuan mencari hubungan – hubungan dengan Tuhan. Dewa – dewi atau makhluk – makhluk yang mendiami alam ghaib.
4.      Kelompok – kelompok religius atau kesatuan – kesatuan sosial yang menganut sistem kepercayaan tersebut dan yang melakukan  sistem upacara religius tersebut.
Keempat komponen tersebut terjalin erat satu sama lain menjadi satu sistem yang terintegrasi secara bulat. Adapun komponen utama yakni emosi keagamaan dikatakan bahwa hal itu terjadi karena adanya getaran dari Tuhan. Dan religi merupakan suatu sistem bagian dari kebudayaan.
Agama adalah suatu ajaran dimana setiap pemeluknya dianjurkan untuk selalu berbuat baik. Untuk itu semua penganut agama yang mempercayai ajaran dan melaksanakan ajarannya mereka akan senantiasa melaksanakan segala hal yang ada dalam ajaran tersebut. Manusia tidak bisa dilepaskan dengan agama, ketika manusia jauh dari agama maka akan ada kekosongan dalam jiwanya. Walaupun mungkin kebutuhan materialnya mereka terpenuhi. Akan tetapi kebutuhan batin mereka tidak, sehingga mereka akan mudah terkena penyakit hati.
Penyakit hati yang melanda manusia yang tidak beragama akan senantiasa menghantui mereka sehingga mereka akan mudah putus asa. Oleh karena itu orang yang tidak beragama ketika mendapatkan persolan hidup mereka akan mudah putus asa dan akhirnya mereka akan melakukan penyimpangan atau tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma atau ajaran agama.
Banyak  penyakit karena emosi-emosi buruk itu, yang tidak mungkin dapat disembuhkan oleh obat. Penyakit-penyakit sejenis ini dinamakan penyakit psikosomatik. Krisis akhlak pun mempunyai sebab-sebab dalam emosi tercela yang sedang merajalela. Karena emosi itu merupakan kenyataan yang dapat disaksikan pada tubuh manusia dan dapat dibagi dalam emosi yang negatif dan positif, sedangkan yang positif dapat melenyapkan atau menetralkan yang negatif dan menjadi peserta dalam insting religius, lantas akan menjadi bukti nyata bahwa religi itu anasir yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Jadi, religi bukan obat bius atau racun. Bahkan, sebaliknya religi menjadi obat mujarab bagi penyakit-penyakit yang disebabkan oleh gangguan emosi negatif.
III.2. Pengertian Kesehatan
   Menurut wikipedia, Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Namun, secara umum pengertian kesehatan yaitu suatu kondisi atau keadaan secara umum seseorang dari segi semua aspek. Dalam pengertian kesehatan ini dimaksudkan yaitu tingkat keefisienan dari fungsional dengan atau tanpa metabolisme dari suatu organisme dan juga termasuk manusia.
Pengertian kesehatan juga diungkapkan ketika WHO atau yang kita kenal sebagai Organisasi Kesehatan Dunia di dirikan yaitu pada tahun 1948. Yang mana pengertian kesehatan merupakan sesuatu yang tidak hanya dimaksudkan sebagai suatu kelemahan atau ketiadaan suatu penyakit melainkan juga merupakan keadaan mental dan fisik serta juga kesejahteraan sosial.
Pemfokusan pada definisi kesehatan dan evolusi selama enam dekade pertama hanya pada segelintir publikasi saja. Sebagian dari mereka memfokuskan pada kekurangan nilai operasional serta juga permasalahan yang timbul pada pemakaian kata ‘lengkap’ tersebut.
Kemudian yang lainnya mengungkapkan tentang definisi kesehatan yang masih belum diubah dari semenjak tahun 1948 yaitu kalimat ‘hanya yang buruk’.
Pengertian kesehatan kemudian diungkapkan lagi oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO pada Piagam Ottawa yang didedikasikan untuk promosi kesehatan pada tahun 1986. Pada saat itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tersebut menyatakan bahwa kesehatan bukan tujuan dari hidup melainkan sumber daya untuk hidup sehari-hari. Selain itu, kesehatan dikatakan juga sebagai suatu konsep yang positif dan terfokus pada kemampuan fisik dan juga sumberdaya sosial.
Kemudian pengertian kesehatan juga merupakan suatu keadaan atau kondisi dari jiwa dan raga serta juga sosial yang dapat menjadikan seseorang dengan kehidupannya yang produktif baik dari segi ekonomi maupun dari segi kehidupan sosialnya.
III.3. Hubungan antara Religi dan Kesehatan
   Pergeseran zaman dan kemajuan tekhnologi tidak dapat terelakkan lagi, saat ini penyakit sudah dapat dilihat dan diobati dengan obat-obatan yang bagus dengan menggunakan metode pengolahan canggih, perkembangan ilmu pengetahuan dapat lebih menspesifikkan penyakit-penyakit tersebut. Ada penyakit yang bersumber dari virus, bakteri atau baksil-baksil sehingga untuk mengobatinya membutuhkan obat-obatan medis, tetapi ada juga penyakit yang bersumber dari jiwa atau hati suatu individu, jadi secara fisik individu tersebut tidak terkena virus, bakteri atau baksil-baksil, namun pada kenyataannya individu sakit.
   Dengan demikian, berkembanglah ilmu kesehatan yang dapat mengurangi atau malah dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Salah satunya dengan operasi, menurut sebagian orang operasi itu bisa mengurangi atau menyembuhkan penyakit. Pada zaman dahulu, pengobatan modern seperti yang kita saksikan saat ini belum sempurna, peralatannya pun masih sederhana, misalnya dengan tanaman – tanaman yang di sekitar kita (herbal), kita juga menggunakan alat yang sederhana pula, seperti untuk menutup luka hanya menggunakan kain seadanya.
   Namun, kita juga  belum bisa menghubungkan mana yang berdasarkan ajaran agama atau tidak. Semisal, pengobatan dengan cara bekam, bekam merupakan pengobatan yang dibawa Rasulullah SAW, berarti  ini dapat kita amalkan kepada orang lain. Disamping itu, bekam juga dapat meringankan penyakit – penyakit tertentu, seperti halnya pada orang yang  mengalami pegal – pegal pada bunggung,tengkung dan bagian tubuh yang lain dengan cara mengeluarkan darah kotor yang dapat menyumbat sirkulasi darah pada jaringan tertentu.
Ada pula pengobatan yang haram bagi ajaran agama, terutama agama Islam, seperti terapi urine yang sudah terbukti mengurangi resiko diabetes mellitus dengan cara meminum air kencing yang pertama kali keluar saat pagi hari. Dari pandangan agama, itu sangat diharamkan, karena seperti halnya minum alkohol ataupun makan bangkai, air kencing merupakan zat sisa dari metabolism tubuh yang mengandung racun (toksik) , dan apabila terlalu sering dikonsumsi maka akan terjadi kerusakan pada hati dan organ lainnya.













BAB IV
ULASAN MATERI

IV.1. Pola – Pola yang Berhubungan antara Religi dan Kesehatan
   Secara teoritis ada empat kemungkinan pola hubungan antara agama dan kesehatan, yaitu:
1.      Saling berlawanan
Pola hubungan ini adalah tidak mendukungnya antara segi ilmu kesehatan dengan pandangan ajaran agama. Agama dan kesehatan potensial muncul sebagai dua bidang kehidupan yang saling berlawanan atau setidaknya tema kesehatan tersebut masih menjadi wacana prokontra.
Dalam batasan tertentu, hal ini menunjukkan bahwa apa yang dianjurkan dalam bidang kesehatan tidak selaras dengan apa yang dianjurkan dalam agama. Misalnya mengenai terapi dengan urine, pengobatan dengan hal yang memabukkan atau transplantasi organ.
Dalam konteks ini, ajaran agama Islam melarang penggunaan najis untuk obat.memang pada segi medis terbuktinya perusahaan farmasi dan kosmetik yang terdapat di Amerika selalu memburu penelitian ilmiah tentang khasiat urine untuk dijadikan bahan baku produk urine. Layaknya, Dr. Dr. Iwan T Budiarso menjelaskan 95% kandungan urine terdiri air. Sementara 2/5% lainnya mengandung mineral vitamin, asam amino, antibodi, antigen, garam, hormon dan enzim. Zat-zat ini sangat dibutuhkan tubuh manusia. Urine hanya mengandung zat-zat makanan dan hasil metabolisme tubuh. Sementara bahan-bahan yang meracuni tubuh, disaring dan dikeluarkan melalui hati dan pernafasan. Karena itu, kandungannnya steril.
 Tawaran pengobatan urine begitu menggiurkan, terutama bagi masyarakat kelas menengah ke bawah, yang tidak bisa mengeluarkan terlalu banyak biaya ke dokter, karena persoalan ekonomi yang menghimpit. Ternyata air seni yang dianggap menjijikkan, berbau pesing, dan kotor ini, malah membuat tubuh sehat, segar bugar dan sembuh dari sakit. Terapi urine digunakan untuk menyembuhkan hampir setiap yang didera si pasien seperti ginjal, kanker, diabetes, jantung, psoasiasis, eksim, sampai penyakit terganas saat ini, AIDS. Jika parah, terutama bagi penderita penyakit kanker, jantung dan AIDS, minimal 5 gelas (1000 cc) sehari. Atau, kalau si pasien menginginkan kesegaran tubuh dan kecantikan kulit cukup dengan 1-2 gelas perhari. Caranya cukup yang diminum harus urinenya sendiri.
Akan tetapi, berbeda pula jika dipandang pada sudut Hukum Islam. Di dalam ajaran Islam masih kita kenal dengan membedakan, mana yang najis, mana yang tidak najis. Mana yang berhak di makan atau di minum. Mana yang haram dan mana yang halal. Oleh karena itu, makna dari kemashlahatan dan kemafsadatan kerap saling tarik menarik (legitimasi) demi menemukan titik kejelasan (benang merah) yang tertuang (terlampir) di dalam ajaran Islam (syāri’); al-Quran, al-Hadits, dan Fiqh. Pada kaidah rukhsah (dispensasi) yang memberikan kelonggaran dan keringanan bagi orang yang sakit gawat dengan ketentuan.
 sebagaimana dikemukakan Dr. Yusuf Al-Qardlawi yaitu sebagai berikut:
pertama, benar – benar  dalam kondisi gawat darurat bila seorang penderita penyakit tidak mengkonsumsi barang yang haram, seperti air kencing (air seni) ini.
Kedua, tidak ada obat alternatif yang halal sebagai pengganti barang haram ini.
Ketiga, menurut resep dokter muslim yang berkompeten dan memiliki moral dan agama.
Keempat, terbukti secara medis dan analisis ilmiah di samping pengalaman empiris yang membuktikan bahwa sesuatu yang haram tersebut dapat menyembuhkan atau bahkan dapat membahayakan.

       Bukan yang kotor dan membawa penyakit. Di dalam al-Quran disebutkan:
Baik dan buruk itu ditentukan oleh syări’, karena dialah yang mengetahui segala sesuatunya. Dia punya hak otoritas untuk menentukan halal dan haram. Bukan akal tabi’at manusia.
Seperti haramnya riba. Syara’ dan akal sama-sama berperan dalam menetukan baik dan buruk. Yang menjadi standar adalah pengakuan dari syara’ dan sesuai dengan tabi’at manusia. Apa yang tersurat baik oleh syara’, mesti di dukung penuh akal sehat bahwa itu betul-betul baik. Sebab, tidak semua kehendak perasaan itu sesuai dengan keinginan syara’. Perasaan berfungsi untuk mengetahui apa yang sebetulnya diingini syara’. Menyangkut Hukum Terapi obat urine, Rasulullah menegur dengan hadits tentang ketidakbolehan mengkonsumsi konsumsi urine, dikarenakan terdapat barang najis.
Berdasarkan hadits Nabi: “Bersihkanlah (tubuh) kalian dari kencing. Karena siksaan kubur pada umumnya gara-gara air seni.” Di dalam al-Quran, Allah berfirman: “sesungguhnya Allah tidak akan menjadikan obat (buat) kamu sekalian barang – barang yang diharamkan (termasuk najis) bagi kalian”.

       Lain halnya, kebolehkan memakai terapi urine, manakala terserang penyakit ganas; kanker ganas, jantung dan AIDS yang sampai detik ini belum ditemukan obatnya wajib minum air seni demi kelangsungan hidup manusia. Terutama, ketika lagi tidak ada uang, serta sulit mencari dana untuk berobat.
Dicontoh yang lain, seperti transplantasi organ tubuh manusia. Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu. Pada segi medis, transplantasi organ diperbolehkan, Menurut Zamzam Saleh (dalam artikel Syariah Project, 2009) juga menjelaskan bahwa tujuan dari transplantasi adalah “sebagai pengobatan dari penyakit karenan islam sendiri memerintahkan manusia agar setiap penyakit diobati, karena membiarkan penyakit bersarang dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian, sedangkan membiarkan diri terjerumus dalam kematian (tanpa ikhtiyar) adalah perbuatan terlarang”. 
Namun disisi lain, transplantasi  organ pada orang yang masih hidup itu tidak boleh (haram). Meskipun pendonoran tersebut untuk keperluan medis (pengobatan) bahkan sekalipun telah sampai kondisi darurat. Firman Allah SWT “dan janganlah kamu jatuhkan dirimu dalam kebinasaan dan berbuat baiklah sesungguhnya Allah mencintai orang – orang yang berbuat baik”(Q.S.Al- Baqarah:2:195).
Dimaksudkan adalah bahwa Allah SWT melarang manusia untuk membunuh dirinya atau melakukan perbuatan yang membawa kepada kehancuran dan kebinasaan. Sedangkan orang yang mendonorkan salah satu organ tubuhnya secara tidak langsung telah melakukan perbuatan yang membawa pada kehancuran. Padahal manusia disuruh berbuat demikian, manusia hanya disuruh menjaganya.

2.      Saling mendukung
Agama dan ilmu pengetahuan kesehatan memiliki potensi saling mendukung.seperti halnya tradisi puasa dan khitan (sirkumsisi).
 Tradisi puasa atau diet merupakan salah satu terapi yang telah diakui oleh kalangan medis dalam meningkatkan kesehatan. Itu ajaran agama sejatinya memiliki potensi untuk memberikan dukungan terhadap kesehatan. Berikut manfaat dari berpuasa:
  1. Dengan berpuasa, tubuh dan sistem pencernaan mendapatkan waktu untuk beristirahat. Dengan begitu, organ pencernaan seperti kerongkongan, lambung serta usus bisa bekerja lebih baik dan maksimal ketika bekerja mengolah makanan kembali pada saat sahur atau berbuka.
  2. Puasa membantu meredakan rasa nyeri pada persendian. Sebuah penelitian menunjukkan, adanya hubungan antara membaiknya radang sendi dan peningkatan kemampuan sel netrofil dalam membasmi bakteri. Netrofil, atau sel penetral merupakan unsur yang mampu menetralkan racun maupun bakteri penyebab radang sendi.
  3. Puasa membantu menghilangkan racun-racun yang berbahaya dalam tubuh. Oleh karena itu, puasa sering dijadikan sebagai metode untuk detoksifikasi tubuh secara alami. Hal ini karena, kondisi lambung yang kosong saat puasa akan bekerja lebih optimal saat berbuka. Ketika lambung kosong, penyerapan nutrisi akan berjalan lebih efektif sehingga mengurangi risiko penimbunan sisa makanan atau nutrisi yang tidak berhasil terserap sempurna oleh tubuh. Sehingga tubuh pun tidak lagi menyimpan tumpukan sisa makanan yang bisa membusuk.
  4. Puasa bisa mengatasi tekanan darah tinggi tanpa pengobatan medis. Selain itu juga menurunkan kadar gula dalam darah dan kolesterol. Saat berpuasa, otomatis kita akan lebih sedikit mengonsumsi makanan terutama yang mengandung lemak, gula dan kolesterol tinggi. Hal ini yang kemudian berdampak pada penurunan kolesterol dan gula darah. Jika disertai dengan diet makanan sehat saat sahur dan buka puasa, manfaatnya akan didapatkan dengan lebih optimal.
  5. Pengurangan konsumsi air selama puasa, bisa membantu mengatasi akumulasi cairan yang berlebihan pada tubuh. Proses ‘pengeringan’ ini akan mengatasi pembengkakan pada perut, kaki dan lutut yang sering dialami saat seseorang mengalami menstruasi.
  6. Meskipun tidak terlalu signifikan, puasa juga bermanfaat bagi Anda yang ingin menurunkan berat badan berlebih. Dengan berpuasa, otomatis kita akan menahan keinginan untuk ngemil dan frekuensi makan juga berkurang. Tapi ingat, proses penurunan berat badan saat berpuasa sulit terjadi jika saat berbuka, Anda lebih banyak mengonsumsi makanan tinggi gula dan kalori dibandingkan sayuran dan buah.
Khitan merupakan proses dipotongnya kulit kulup (foreskin) yang
menutupi kepala penis (glands). Khitan dilakukan biasanya karena alasan medis
dan agama. Pada artikel ini akan dibahas manfaat dari berkhitan dilihat dari aspek
medis dan agama.
Manfaat khitan secara medis antara lain adalah sbb :
1.      Mudah dalam menjaga kebersihan penis, terutama bagian kepala penis (glands) dimana jika tidak dikhitan maka kotoran dan bau yang tidak sedap bersarang di tempat itu.
2.      Mengurangi resiko infeksi saluran kencing, karena dengan terbukanya kepala penis maka  air kencing (urine) tidak terhalang untuk keluar.
3.      Dapat mencegah inflamasi/bengkak di kepala penis dan kulit kulup
4.      Dapat mencegah timbulnya bekas luka pada kulit kepala penis, yang mungkin
disebabkan oleh phimosis (ketidakmampuan untuk menarik masuk kulup) dan paraphimosis
(kemampuan untuk menarik kulit kulup hingga kepala penis terlihat, tetapi tidak
dapat kembali lagi ke bentuk semula)
.
5.      Dapat mengurangi resiko terkenanya infeksi yang ditularkan dari kegiatan seksual,seperti syphilis
6.       Khitan dapat mengurangi resiko terkena human immunodeficiency virus (HIV)
7.      Dapat mengurangi resiko terkena kanker penile
8.      Khitan dapat mengurangi resiko terkena kanker cervix (leher rahim) pada pasangan anda.

Manfaat khitan dari aspek agama:
 Khitan itu sendiri berasal dari bahasa Arab dari kata kerja khatana al-ghulama wa al-jariyata, yakhtinuhuma, khitnan. bentuk kata benda adalah khitan dan khitanah, yang artinya memotong dari kulit kemaluan, baik laki-laki atau perempuan. Manfaat khitan ditinjau dari aspek agama sudah jelas, yaitu bahwa dengan melaksanakan khitan berarti menjalankan perintah dalam agama khususnya agama islam yang mewajibkan khitan bagi laki-laki yang telah dewasa (akhil baliqh) dan suatu anjuran, keutamaan dan kemuliaan bagi perempuan.
Pada laki-laki jika kulupnya tidak dikhitan, maka air kencing yang bersifat najis tersebut akan menempel di kulit penis, sehingga orang tersebut sama dengan membawa najis pada badannya jika melaksanakan sholat, sebagai ibdah yang wajib dan utama, maka sholatnya menjadi tidak sah karena salah satu syarat sahnya sholat adalah suci dari najis.
3.      Saling melengkapi
yaitu adanya peran dari agama untuk mengoreksi praktik kesehatan/ ilmu kesehatan yg mengoreksi praktik(kesehatan) keagamaan.
Islam memberikan ajaran bahwa buka puasa akan lebih baik dengan cara memakan makanan yang manis – manis. Perintah ini dianggap oleh para penganutnya sebagai sesuatu hal yang dianjurkan, namun sesungguhnya secara kesehatan buka puasa dengan yang manis-manis bukan dimaksudkan sebagai sesuatu hal yang menyehatkan, namun lebih ditujukan untuk memulihkan kondisi tubuh sehingga tidak kaget ketika akan menerima asupan yang lebih banyak lagi.
Saat berbuka puasa, diperlukan makanan yang menghasilkan energi dan zat besi agar tubuh kita tidak drop, seperti meminum dan makan yang mengandung manis, sebagai netralisir air mineral sebagai pengembali ion tubuh yang hilang setelah seharian berpuasa.
pada posting kali ini! berikut adalah makanan yang harus di konsumsi saat berbuka puasa
. Misalnya adalah buah kurma selain rasanya yang manis serta teksturnya yang lembut ternyata juga sangat kaya dengan unsur kalsium dan zat besi. Kadar zat besi dan kalsium yang dikandung buah kurma menggantikan tenaga yang berkurang banyak saat berpuasa. juga Buah kurma kaya dengan zat garam mineral seperti kalsium dan potasium yang dapat menetralisasi zat asam yang ada pada perut. Dan buah kurma mengandung Vitamin A yang dapat memlihara kelembaban mata dan menguatkan penglihatan. 
Selain itu buah kurma juga dapat menguatkan sel – sel usus dan dapat membantu melancarkan saluran pencernaan karena mengandung serabut – serabut yang bertugas mengontrol laju gerak usus. Makanan yang cocok untuk memulai berbuka puasa, Seperti nabi Muhammad S.A.W yang mengawali berbuka puasa dengan memakan 3 Kurma dan meminum air mineral.

4.      Saling terpisah dan bergerak dalam kewenangannya masing – masing.
Dalam konteks ini, ilmu kesehatan dan agama berjalan dalam jalannya sendiri – sediri. Tanpa berhubungan satu dengan yang lain.

VI.2. Aspek – Aspek yang berhubungan antara Kesehatan dan Agama
   Ada 2 aspek yang berhubungan dan saling timbale balik antara kesehatan dan agama . sebagai berikut:
1. Aspek Agama dalam Kesehatan
  Di dalam proses pelaksanaan pelayanan kesehatan, tenaga medis tidak boleh melakukan diskriminasi terhadap pasien terutama dalam hal keagamaan. Setiap pasien memiliki pandangan sendiri yang tergantung ajaran agama yang dianut. Sebagai tenaga kerja perlu memperhatikan hal tersebut, untuk menjaga kepercayaaan pasien terhadap tim kesehatan. terlebih kepentingan pasien harus lebih di utamakan.
Contoh dalam sejarah praktik kesehatan, ada seorang dokter digugat oleh seorang pasien yang telah ditolongnya dari ancaman kematian. Penyebab awal dari kejadian ini bermula dari sikap dokter yang memberikan transfusi darah kepada pasien yang penganut ajaran yahudi konserfatif. Merujuk pada kasus diatas, ada 2 catatan penting yang perlu dipahami oleh para tenaga kesehatan :
a. Penerapan teori kebutuhan dalam pertolongan kesehatan, yaitu tindakan terbaik untuk kepentingan pasien bukan berdasarkan pandangan dokter, melainkan berdasarkan kepentingan atau pandangan klien.
b. Setiap tenaga kesehatan (khususnya dokter) memiliki kewajiban untuk menghargai hak pasien untuk memegang teguh ajaran agama.

              
2. Aspek Kesehatan dalam Agama
Didalam kesehatan, agama memiliki pengaruh yang sangat penting terutama bagi kesembuhan seorang pasien. Bukan hanya untuk pasien, tetapi untuk semua tenaga kesehatan, Agama sangat berpengaruh untuk kelancaran kerjanya. Ada 2 hal yg perlu diperhatikan untuk tenaga kesehatan, sebagai berikut:
a.       Ajaran agama secara normatif 
Agama memberikan ajaran atau panduan tentang pentingnya menjaga kesehatan. Dalam pandangan agama, kesehatan merupakan kemaslahatan duniawi yang harus dijaga selagi tidak bertentangan dengan kemaslahatan ukhrawi atau kemaslahatan yang lebih besar. Kesehatan, kedokteran dan semacamnya sudah menyangkut kepentingan umum yang dalam pandangan Islam merupakan kewajiban kolektif (fardu kifayah) bagi kaum Muslimin.
Sebagai gejala jasmani murni, sehat dan sakit, boleh dibilang tidak secara langsung berkaitan dengan agama. Dalam pandangan agama, sehat belum tentu lebih baik daripada sakit, begitu pula sebaliknya. Sehat dan sakit merupakan dua kondisi yang sama-sama memiliki potensi untuk mendapat label baik atau buruk. Jika manusia bisa mendapat pahala atau dosa dari kondisi sehatnya, maka ia juga bisa mendapatkan pahala atau dosa dari kondisi sakitnya. Di situlah sebetulnya fokus pandangan agama mengenai sehat dan sakit. Selebihnya dari itu, merupakan pengembangan dari prinsip-prinsip moral seperti telah disebutkan di atas.
Pada dasarnya, agama sangat menganjurkan kesehatan, sebab apa yang bisa dilakukan oleh seseorang dalam keadaan sehat lebih banyak daripada yang apa yang bisa dilakukannya dalam keadaan sakit. Manusia bisa beribadah, berjihad, berdakwah dan membangun peradaban dengan baik, jika faktor fisik berada dalam kondisi yang kondusif. Jadi, kesehatan fisik, secara tidak langsung, merupakan faktor yang cukup menentukan bagi tegaknya kebenaran dan terwujudnya kebaikan.
Namun demikian, posisi kesehatan tetap sebagai sarana, bukan tujuan. Tujuan agama adalah tegaknya kebenaran dan terwujudnya kebaikan itu sendiri. Maka, oleh karena itu, dalam sabda-sabda Rasulullah dapat dengan mudah kita temukan janji-janji manis untuk orang-orang yang sakit: bahwa penyakit merupakan penghapus dosa dan mesin pahala yang besar. 

b.      Ada perilaku keagamaan yg riil atau tampak dan dilakukan oleh masyarakat
Dari sisi perilaku nyata ada penganut agama yg tidak memerhatikan aspek kesehatan.  Contoh yang paling dekat dengan kita pengaturan pola makan, larangan makanan yang haram, seperti halnya darah, urine (air kencing), bangkai binatang darat. Pelarangan makanan yang berlebihan, karena dapat menyebabkan obesietas dan penyakit yang lain seperti diabetes melitus dan gagal jantung,  serta anjuran minum madu , karena madu manfaat madu untuk kesehatan begitu banyak sekali. Salah satunya yakni bisa menambah stamina tubuh kita. Untuk mengobati luka, memperkuat sel darah putih, menstabilkan tekanan darah, mencegah osteoporosis, menjaga kesehatan mata, mengobati anemia dan masih banyak lagi.
Contoh lain aspek kesehatan dalam tata aturan makan menurut ajaran agama. Lagu spiritual monophonic  misalnya tahlil atau zikir mengandung hikmah sebagai terapi musik. Ini terbukti, Ayat Al-Quran yang merupakan wahyu kepada kita umat manusia, jelas diterangkan Allah SWT sebagai obat bagi kita juga dan bila digunakan untuk therapi penyakit stroke, maka penderita akan mengalami penurunan depresi, ketenangan jiwa dan semangat ibadah serta hidup yang lebih baik dan besar dari pada penderita yang tidak di therapi ayat SuciAl-Qur-an.
 Setelah beberpa bulan setelah serangan stroke, memori verbal meningkat sebanyak 60 persen bagi pendengar lantunanayat suci Al - Qur'an. Hal ini senanda dengan yang telah dilakukan oleh Teppo Sarkamo, penyusun utama kajian itu dan seorang pakar syaraf dari Universitas Helsinki.
IV.3. Pengaruh Agama terhadap Kesehatan
            Psikologi agama secara khusus mengkaji tentang proses kejiwaan seseorang terhadap tingkah laku dalam kehidupannya sehari-hari. Untuk itu dalam psikologi agama dikenal adanya istilah kesadaran agama (religious consciousness) dan pengalaman agama (religious experience). Menurut Zakiah Darajat kesadaran agama itu adalah bagian atau hadir (terasa) dalam pikiran dan dapat diuji melalui introspeksi atau disebut juga dengan aspek mental dan aktivitas agama. Sedangkan yang dimaksud pengalaman agama adalah unsur perasaan dan kesadaran agama, yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakannya.
Dalam dua dekade terakhir, penelitian tentang efek agama mengalami berkembangan pesat. Secara gamblang, banyak penelitian dalam bidang psikologi, psikiatri, medis, kesehatan masyarakat, sosiologi dan epidemiologi yang membuktikan efek positif dari keterlibatan agama dalam kesehatan fisik dan mental manusia. Penelitian tersebut juga menunjukkan pentingnya aspek keagamaan dalam kehidupan manusia. Penelitian itu menggunakan beberapa unsur psikologis yang terkait dengan agama, yaitu: kepercayaan akan adanya Tuhan yang mempengaruhi kehidupan; tingkat kualitas dalam melakukan aktivitas agama (contoh: frekuensi berdoa, penghayatan dalam berdoa); dan tingkat komitmen dalam beragama.
Beberapa penelitian telah dilakukan di Amerika Serikat, Denmark, Finlandia, dan Taiwan yang bertujuan untuk melihat hubungan antara agama serta kesehatan mental dan fisik manusia. Dari penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa 25-30% individu yang aktif dalam menjalankan kegiatan agama memiliki usia lebih panjang dibandingkan dengan yang tidak. Tingkat keaktifan beragama diukur dengan berbagai cara, antara lain dengan mengukur tingkat kepercayaan pada agama, maupun frekuensi kunjungan dan keikutsertaan dalam kegiatan ibadah (salat, berdoa, dan atau membaca kitab suci). Selain itu, individu remaja atau dewasa (dengan latar belakang berbagai agama) dengan tingkat religiusitas tinggi lebih tidak menyukai minum minuman keras atau rokok dan hal-hal tidak baik lainnya, mereka pun lebih sering menaati peraturan dan makan dengan pola makan yang baik sehingga berimplikasi pada kondisi kesehatan mereka secara fisik. Diasumsikan bahwa individu dengan tingkat religiusitas tinggi memiliki sel-regulation tinggi sehingga ia mampu mengontrol diri untuk menjauhi hal-hal yang tidak baik tersebut yang memberi efek buruk bagi kesehatan mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh Larson menunjukkan bahwa  agama dan spiritualitas mampu member efek positif pada kesehatan fisik. Beberapa efek yang telah diukur oleh Larson yaitu:
1.      Menurunnya tekanan darah sistol, tekanan darah diastole, kadar kolesterol, dan stress yang diakibatkan oleh pembedahan.
2.  Menurunnya rasio penyakit jantung, sirosis, efisema, myocardial infarction, stroke, gagal ginjal, kematian akibat kanker, kematian dalam pembedahan jantung, dan kematian yang diakibatkan oleh penyakit secara umum.
3.  Meningkatnya gaya hidup sehat dan usia hidup. (see Larson et al., 1998; Levin & Vanderpool, 1992).
Selain berdampak positif pada kesehatan fisik, agama dan religiusitas juga berpengaruh pada kesehatan mental. Hasil penelitian selama dua dekade terakhir menyimpulkan bahwa agama memiliki kaitan dengan kesejahteraan psikologis. Individu dengan konsep agama yang positif memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mengalami depresi. Selain itu, individu juga akan merasa bahagia dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Penjelasan lain juga mengungkapkan bahwa dengan berdoa, keadaan psikologis dari seseorang akan menjadi lebih tenang, sehingga tubuh menjadi lebih rileks. Hal itu pun berakibat pada berkurangnya tingkat kecemasan dan selanjutnya juga member efek positif pada fisik, seperti lancarnya proses pernafasan dan pencernaan.
Tingkat religiusitas juga berpengaruh pada ketahanan individu untuk menghadapi kondisi yang mungkin member pengaruh buruk bagi mental, seperti diungkapkan oleh Braam et al. (2004) bahwareligion may offer a frame of reference toward questions of life, suffering and death, and may help to accept a decrease in physical functioning in light of religious and spiritual values” (p. 485). Secara umum, kesehatan mental dan fisik akan saling mempengaruhi, sehingga individu yang memiliki religiusitas tinggi akan memiliki kondisi mental dan fisik yang baik.
Namun perlu diketahui bahwa efek dari agama dan tingkat religiusitas sangat dipengaruhi oleh bagaimana individu menerapkan agama yang mereka anut. Jika individu menganut suatu agama secara sangat patuh tanpa memikirkan kondisi sosialnya, hal itu dapat bersifat psikopatologis. Hal yang sama juga berlaku jika individu menjalankan agama secara parsial maupun semaunya.
Karena agama memiliki efek yang sangat baik jika diterapkan secara bijak, sudah seharusnya kita menerapkan ajaran agama kita dengan sepenuh hati. Jika dilakukan dengan terpaksa, efek yang diakibatkannya pun akan berbeda. Selain itu, pengetahuan tentang agama harus terus dikaji lebih dalam agar tidak terjebak dalam kesalahan pada penerapan ajaran agama yang justru memberi efek negatif.

IV.4. Fungsi Agama bagi Kesehatan
1.      Sebagai sumber moral
Agama memiliki fungsi yang strategis untuk menjadi sumber kekuatan moral baik bagi pasien dalam proses penyembuhan maupun tenaga kesehatan.  Misalnya bagi seorang yg beragama, sehat/ sakit adalah bagian dari perilaku Tuhan terhadap hambanya dan sakit adalah karena takdir Tuhan serta hanya Tuhan jugalah yang memiliki kemampuan menyembuhkan. Dengan keyakinan seperti ini, seorang pasien dapat memiliki semangat hidup yang lebih baik dan optimis.
Selain menjadi motivasi, ajaran agama pun menjadi bagian dari sumber etika bagi penyelenggaraan layanan kesehatan.
suatu kewajiban moral bagi perawat, dalam menemukan kepastian tentang dua sistem pendekatan etika yang dilakukan yaitu pendekatan berdasarkan prinsip dan asuhan. Perawat atau yang memiliki komitmen tinggi dalam mempraktekkan keperawatan profesional dan tradisi tersebut perlu mengingat hal-hal sebagai berikut:
a. Pastikan bahwa loyalitas staf atau kolega agar tetap memegang teguh komitmen utamanya terhadap pasien.
b. Berikan prioritas utama terhadap pasen dan masyarakat pada umumnya.
 c. Kepedulian mengevaluasi terhadap kemungkinan adanya klaim otonomi dalam kesembuhan pasien.
Posisi perawat yang mempunyai jam kerja 8 sampai 10 atau 12 jam memungkinkannya mempunyai banyak waktu untuk mengadakan hubungan baik dan mengetahui keunikan klien sebagai manusia holistik sehingga berposisi sebagai advokat klien (curtin, 1986).
2.      Sebagai sumber keilmuan
Dalam konteks Islam, Al-Qur·an dan Hadist merupakan sumberi inspirasi pengembangan ilmu kesehatan mental. Agama menjadi sumber informasi untuk pengembangan ilmu kesehatan gizi (nutrisi) atau farmakoterapi herbal. Praktik - praktik keagamaan menjadi bagian dari sumber ilmu dalam mengembangkan terapi kesehatan, misalnya meditasi,yoga, bekam, dan tenaga prana adalah beberapa ilmu agama yg dikonversikan menjadi bagian dari terapi kesehatan. kita ambil contoh bekam.
     Bekam adalah satu teknik pengobatan menggunakan sarana gelas, tabung, atau bambu yang prosesnya di awali dengan melakukan pengekopan (membuat tekanan negatif dalam gelas, tabung, atau bambu) sehingga menimbulkan bendungan lokal di permukaan kulit dengan tujuan agar sirkulasi energi Qi dan Xue meningkat, menimbulkan efek analgetik, anti bengkak, mengusir patogen angin dingin maupun angin lembap, mengeluarkan racun, serta oxidant dalam tubuh. Pada teknik bekam basah, setelah terjadi bendungan lokal, terapis lanjutkan prosesnya dengan penyayatan permukaan kulit memakai pisau bedah atau penusukan jarum bekam agar darah kotor bisa dikeluarkan.
Berbekam merupakan metode pengobatan klasik yang telah digunakan dalam mengobati berbagai kelainan penyakit seperti hemophilia, hipertensi, gout, reumatik arthritis, sciatica, back pain (sakit punggung), migraine, vertigo, anxietas (kecemasan) serta penyakit umum lainnya baik bersifat fisik maupun mental.
Bekam merupakan pengobatan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dijelaskan dalam hadist Bukhari : Dari Ibnu Abbas r.a. Rasulullah bersabda : "Kesembuhan (obat) itu ada pada tiga hal: dengan minum madu, pisau hijamah (bekam), dan dengan besi panas. Dan aku melarang ummatku dengan besi panas." (Hadist Bukhari).
3.      Sebagi amalan kesehatan
Puasa dan sholat dalam ajaran Islam merupakan salah satu contoh amal agama yang relevan dengan aktivitas kesehatan jasmaniah.Sedangkan penekanan pada hukum makanan yangharus memuat syarat halal dan bersih merupakan amal agama yang terkait dengan nutrisi.Sementara pembiasaan berpikir positif merupakan bagian dari upaya membangun jiwa yang sehat.
Untuk contoh, kami ambil dari gerakan sholat dan manfaatnya bagi kesehatan untuk kita.
a.       Takbiratul ikhram
Postur: berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu melipatnya di depan perut atau dada bagian bawah.
Manfaat: Gerakan ini melancarkan aliran darah, getah bening (limfe) dan
kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancar ke seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.
b.      Rukuk
Postur: Rukuk yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala lurus dengan tulang belakang. Manfaatnya Postur ini menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi relaksasi bagi otot-otot bahu hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah latihan kemih untuk mencegah gangguan prostat.
c.       I’tidal
Postur tubuh kita bangun dari rukuk, tubuh kembali tegak setelah, mengangkat kedua tangan setinggi telinga. Manfaatnya I’tidal adalah variasi postur setelah rukuk dan sebelum sujud. Gerak berdiri bungkuk berdiri sujud merupakan latihan pencernaan yang baik. Organ organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Efeknya, pencernaan menjadi lebih lancar.
d.      Sujud
Postur tubuh kita yaitu menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai. Manfaatnya Aliran getah bening dipompa ke bagian leher dan ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Karena itu, lakukan sujud dengan tuma’ninah, jangan tergesa gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak.
Masih banyak gerakan sholat yang lainyang memiliki banyak manfaat bagi tubuh kita. Namun kita jarang menyadari hal seperti itu.
BAB V
PENUTUP

V.1. Kesimpulan
   Agama dan kesehatan saling berhubungan, polanya pun sangan beragam yaitu saling melawan, saling mendukung, saling melengkapi dan saling berjalan pada kewenangannya sendiri. Namun, kita juga  belum bisa menghubungkan mana yang berdasarkan ajaran agama atau tidak. Semisal, pengobatan dengan cara bekam, bekam merupakan pengobatan yang dibawa Rasulullah SAW, berarti  ini dapat kita amalkan kepada orang lain. Ada pula pengobatan yang haram bagi ajaran agama, terutama agama Islam, seperti terapi urine.
   Aspek agama itu sendi juga termasuk dalam kesehatan dan sebaliknya kesehatan juga ada pada agama. Seperti halnya, di dalam proses pelaksanaan pelayanan kesehatan, tenaga medis tidak boleh melakukan diskriminasi terhadap pasien terutama dalam hal keagamaan. Ada 2 hal yg perlu diperhatikan yaitu ajaran agama secara normatif dan ada perilaku keagamaan yg riil atau tampak dan dilakukan oleh masyarakat. Fungsi dari agama sangat berpengaruh bagi kesehatan yaitu sebagai moral, sebagai sumber keilmuan, sebagai amal kesehatan.

V.2. Saran
Dengan tujuan penulis untuk menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknnya dan menyelesaikan tugas dari dosen pembimbing mata kuliah sosiologi, maka tersusunlah makalah ini yang berjudul “Hubungan antara Religi dan Kesehatan”.
Penulis beharap makalah ini dapat menjadi pengetahuan yang berguna bagi para pembaca dan dapat menjadi pelajaran dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup kita sesama manusia yang dilaksnakan melalui proses yang disebut interaksi sosial.
Akhir kata, penulis mengucapkan mohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan pada makalah ini yang kurang berkenan. Penulis sebagai mahasiswa yang masih membutuhkan kritik dan saran untuk memperbaiki kekurangan pada makalah ini.



Daftar Pustaka

Al-jauiziyah, Ibn Al-qayim.1999. Terapi Penyakit Dengan Alqur’an dan As-sunah. Jakarta: Pustaka Amani
Lomenta, Benjamin. 1989. Buku Panduan Pelayanan Kesehatan. Bandung : EGC
Daniel G,.( 1999). Emotional Intelligence, Jakarta.: gramedia, Pustaka Utama
Ariyanto, N. (2010). Psikologi, Agama, dan Kesehatan. Diambil pada 31 September 2011, dari http://ruangpsikologi.com/psikologi-agama-dan-kesehatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar