Rabu, 03 Juli 2013

MAKALAH KOMUNIKASI KEPERAWATAN “KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KRONIS”


MAKALAH KOMUNIKASI KEPERAWATAN
KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KRONIS”

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
       Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik mengarah pada bentuk komunikasi interpersonal.Suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia. Dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Sedangkan asuhan yang diberikan berupa bantuian-bantuan kepada pasien karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan dan atau kemauan dalam  melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Maka kebutuhan pasien yang memiliki penyakit kronis tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif atau palliative care.

Dengan itu kami mengangkat judul :
“Komunikasi Terapeutik  Pada Pasien Kronis“

I.2.  Rumusan Masalah

1.                   Apa yang dimaksud komunikasi terapeutik?
2.                   Bagaimana cara penerapan teknik komunikasi terapeutik?
3.                   Apa yang di maksud dengan penyakit kronis?
4.                   Apa penyebab dari penyakit kronis?
5.                   Bagaimana cara menyampaikan berita buruk pada pasien kronis?
6.                   Bagaimana cara berkomunikasi dengan pasien kronis?


1.3             Tujuan

1.      Menjelaskan yang dimaksud komunikasi terapeutik.
2.      Menjelaskan cara penerapan teknik komunikasi terapeutik?
3.      Menjelaskan tentang pengertian penyakit kronis
4.      Menjelaskan penyebab dari timbulnya penyakit kronis
5.      Memberikan pemaparan secara jelas mengenai penyampaian berita buruk terhadap pasien kronis.
6.      Menjelaskan bagaimana berkomunikasi dengan penderita penyakit kronis dengan benar.

I.4. Metode penulisan

Penulisan makalah ini menggunakan metode diskritip melalui pendekatan studi kasus yang meliputi pengumpulan data, analisa data, dan menarik kesimpulan. Metode ini dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku dan sumber-sumber lain (internet) yang berhubungan dengan judul dan permasalahan.









BAB II
TINJAUAN TEORITIS

II.1.  Pengertian Komunikasi Terapeutik
            Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan  komunikasi terapeutik, dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan pasien. Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat-klien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Maksud komunikasi adalah untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Oleh karenanya seorang perawat harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi. Di dalam komunikasi terapeutik ini harus ada unsure kepercayaan.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar dan bertujuan dan kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan pasien, dan merupakan komunikasi professional yang mengarah pada tujuan untuk penyembuhan pasien
Beberapa pendapat mengenai komunikasi terapeutik diantaranya:
1.      Northouse (1998) mendefinisikan  komunikasi terapeutik sebagai kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain.
2.      Stuart G.W (1998) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.
3.       S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah hubungan kerjasama yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang terapeutik.
4.      Kalthner, dkk (1995) mengatakan bahwa komunikasi terapeutik terjadi dengan tujuan menolong pasien yang dilakukan oleh orang-orang yang professional dengan menggunakan pendekatan personal berdasarkan perasaan dan emosi.
5.      (Heri Purwanto, 1994)Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi interpersonal, artinya komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal dan nonverbal.
6.      (Mulyana, 2000)Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
7.       (Indrawati, 2003 48).Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi in adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan
8.      (Indrawati, 2003 : 48)Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional.
II.2. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi  klien kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi :
1.    Realisi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri. Memulai komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalm diri klien. Klien yang menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami perubahan dalam dirinya, ia tidak mampu menerima keberadaan dirinya,mengalami gambaran diri, penurunan harga diri, merasa tidak berarti dan padaakhirnya merasa putus asa dan depresi.
2.    .Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dansaling bergantung dengan orang lain. Melalui komunikasi terapeutik, orang belajar bagaimana menerima danditerima orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima klien apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalammembina hubungan saling percaya (Hibdon, 200). Rogers (1974) dalam Abraham dan Shanley (1997) mengemukakah bahwa hubungan mendalam yang digunakan dalam proses interaksi antara perawat dan klien merupakan area untuk mengekspresikan kebutuhan, memecahkan masalah dan meningkatkan kemampuan koping.
3.     Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan sertamencapai tujuan yang reistis. Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya. Taylor, Lilis dan La Mone (1997) mengemukakan bahwa individu yang merasa kenyataan dirinya mendekati ideal dirimempunyai harga diri yang tinggi sedangkan individu yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal dirinya akan merasa rendah diri.
4.    Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuAn yang reistis.
 
Klien yang mengalami gangguan  identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat membantu  klien meningkatkan  integritas dirinya dan identitas diri yang jelas.

II.3. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan membantu terbentuknya hubungan yang konstruktif meningkatkan pemahaman dan membantu terbentuknya hubungan yang konstruktif diantar perawat klien. Tidak seperti komunikasi sosial, komunikasi ini mempunyai tujuan untuk membantu klien mencapai suatu  tujuan dalam asuhan keperawatan. Oleh karena itu sangat penting bagi perawat untuk memahami prinsip dasar komunikasi terapeutik berikut ini :
1.      Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan, didasarkan pada prinsip ‘humanity of nurses and clients’.
2.      Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan karakter,memahami perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar  belakang keluarga, budaya, dan keunikan setiap individu.
3.      Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga hargadininya dan harga diri klien.
4.      Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust)harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan danmemberikan alternatif pemecahan masalah (Stuart,1998). Hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah kunci dan komunikasi terapeutik.
5.       Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut.
6.       Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling menghargai.
7.       Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh klien.
8.      .Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya. Sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah – masalahyang dihadapi.
9.       Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun fungsi.

II.4. Jenis Komunikasi Terapeutik
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993) dalam Purba (2003), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik.
 
1.      Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran  informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung. Komunikasi Verbal yang efektif harus:
1)      Jelas dan ringkas
2)      Perbendaharaan Kata (Mudah dipahami)
3)      Arti denotatif dan konotatif
4)      Selaan dan kesempatan berbicara
5)      Waktu dan Relevansi
6)      Humor
2.       Komunikasi Tertulis                       
Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam bisnis, seperti komunikasi melalui surat menyurat, pembuatan memo, laporan, iklan di surat kabar dan lain- lain. Prinsip-prinsip komunikasi tertulis terdiri dari :
1) Lengkap
2) Ringkas
3) Pertimbangan
4) Konkrit
5) Jelas
6) Sopan
7) Benar
 
Fungsi komunikasi tertulis adalah:
1.         Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya; persetujuan operasi.
2.         Alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang telahdiarsipkan.
3.         Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali kembali untuk mengetahui perkembangan masa lampau.
4.         Jaminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan.
5.         Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah,surat pengangkatan.
Keuntungan Komunikasi tertulis adalah:
1)      Adanya dokumen tertulis
2)      Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman
3)      Dapat meyampaikan ide yang rumit
4)      Memberikan analisa, evaluasi dan ringkasan
5)      menyebarkan informasi kepada khalayak ramai
6)      Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan komunikasi lisan.
7)      Membentuk dasar kontrak atau perjanjian
8)      Untuk penelitian dan bukti di pengadilan kerugian Komunikasi tertulis



3. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan  klien mulai dan saat pengkajian sampai evaluasi asuhan  keperawatan, karena isyarat non verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Morris (1977) dalam Liliweni (2004) membagi pesan non verbal sebagai berikut:
1.       Kinesik
Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk bahasa isyarat tubuh atau anggota tubuh. Perhatikan bahwa dalam pengalihaninformasi mengenai kesehatan, para penyuluh tidak saja menggunakan kata-kata secara verbal tetapi juga memperkuat pesan-pesan itu dengan bahasa isyarat untuk mengatakan suatu penyakit yang berbahaya, obat yang mujarab, cara memakai kondom, cara mengaduk obat, dan lain-lain.
2.       Proksemik
Proksemik yaitn bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh “ruang” dan “jarak” antara individu dengan orang lain waktu berkomunikasi atau antara individudengan objek.
3.       Haptik
Haptik seringkali disebut zero proxemics, artinya tidak ada lagi jarak di antara dua orang waktu berkomunikasi. Atas dasar itu maka ada ahli komunikasi nonverbal yang mengatakan haptik itu sama dengan menepuk-nepuk, meraba-raba, memegang, mengelus dan mencubit. Haptik mengkomunikasikan relasi anda dengan seseorang.
4.       Paralinguistik
Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga dia bermanfaat kalaukita hendak menginterprestasikan simbol verbal.
5.      Artifak
Artifak dalam komunikasi komunikasi non verbal dengan berbagai benda material disekitar kita.
6.       Logo dan Warna Kreasi  perancang untuk menciptakan logo dalam penyuluhan merupakan karya komunikasi bisnis.

7.      Tampilan Fisik Tubuh
Acapkali anda mempunyai kesan tertentu terhadap tampilan fisik tubuh dari lawan bicara anda. Kita sering menilai seseorang mulai dari warna kulitnya,tipe tubuh (atletis, kurus, ceking, bungkuk, gemuk, gendut, dan lain-lain). Tipe tubuh itu merupakan cap atau warna yang kita berikan kepada orang itu. Salah satu keutamaan pesan atau informasi kesehatan adalah persuasif, artinya bagaimana kita merancang pesan sedemikian  rupa sehingga mampu mempengaruhi orang lain agar mereka dapat mengetahui informasi, menikmati informasi, memutuskan untuk membeli atau menolak produk bisnis yang disebarluaskan oleh sumber informasi. (Liliweri, 2007:108).

II.5. Karakteristik Komunikasi Teraupetik
Ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu sebagai berikut: (Arwani, 2003 : 54).
1.      Ikhlas (Genuiness)
Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien harus bisa diterima dan pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan kepada pasien untuk mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.
2.      Empati (Empathy)
Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan.
3.       Hangat (Warmth)
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan perasaannya lebih mendalam.

II.6. Teknik Komunikasi Terapeutik
a.      Mendengar (Listening)
Merupakan dasar utama dalam  komunikasi. Dengan mendengar perawat mengetahui perasaan klien, member kesempatan lebih banyak pada klien untuk bicara. Perawat  harus menjadi pendengar yang aktif dengan tetap kritis dan korektif  bila apa yang disampaikan klien perlu diluruskan. Tujuan teknik ini adalah memberi rasa aman klien dalam mengungkapkan perasaannya dan menjaga kestabilan emosi/psikologis klien.

b.      Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)
Teknik ini memberi kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya sesuai kehendak klien tanpa membatasi, contoh:
 “Apa yang sedang Saudara pikirkan?”, “Apa yang akan kita bicarakan hari ini?”.
Agar klien merasa aman dalam mengungkapkan perasaannya, perawat dapat member
i dorongan dengan cara mendengar atau mengatakan “saya mengerti yang saudara katakan”.
c.       Mengulang (Restarting)
Mengulang  pokok  pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan member indikasi perawat mengikuti pembicaraan klien. Misalnya: “Ooh..jadi Saudara tadi malam tidak bisa tidur karena....”.
d.      Klarifikasi
Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien berhenti karena malu mengemukakan informasi, informasi yang diperoleh tidak lengkap atau mengemukakannya berpindah-pindah. Contoh: “dapatkah Anda menjelaskan kembali tentang....?”.
Gunanya untuk kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan persepsi perawat-klien.
e.       Refleksi
Refleksi merupakan reaksi perawat-klien selama berlangsungnya komunikasi. Refleksi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1)Refleksi isi, bertujuan memvalidasi apa yang didengar. Klarifikasi ide yang diekspresikan klien dengan pengertian perawat.
2)Refleksi perasaan, yang bertujuan member respon pada perasaan klien terhadap isi pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima perasaannya.
Teknik refleksi ini berguna untuk:
·     Mengetahui dan menerima ide dan perasaan.
·    Mengoreksi.
·     Memberi keterangan lebih jelas
Kerugiannya adalah:
·    Mengulang terlalu sering tema yang sama
·     Dapat menimbulkan marah, iritasi, dan frustasi
f.     Memfokuskan
Membantu klien bicara pada topik yang telah dipilih dan  yang penting serta menjaga pembicaraan tetap menuju  tujuan yaitu lebih spesifik, lebih jelas, dan berfokus pada realitas.
Contoh:

Klien : “Petugas kesehat
an yang ada di rumah sakit ini kurang perhatian pada pasiennya”.
Perawat : “Apakah Saudara sudah minum obat?
g.      Membagi persepsi
Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan  pikirkan. Dengan cara ini perawat dapat meminta umpan balik dan  memberi  informasi.
Contoh: “Anda tertawa, tetapi saya rasa Anda marah kepada saya”.
h.      Identifikasi Tema
Mengidentifikasi latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul selama percakapan. Gunanya untuk meningkatkan pengertian dan mengeksplorasi masalah yang penting.
Misalnya: “Saya lihat dari semua keterangAn yang Anda jelaskan, Anda telah disakiti. Apakah ini latar belakang masalahnya?”
i.         Diam (Silence)
Cara yang sukar biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan. Tujuannya untuk member kesempatan berpikir dan memotivasi klien untuk bicara. Pada klien yang menarik diri, teknik diam berarti perawat menerima klien.
Misalnya:
Klien : Saya jengkel kepada suami saya.
Perawat : Diam (member
i  kesempatan klien)
Klien : Suami saya selalu telat pulang kerja tanpa alasAn yang jelas, kalau saya tanya pasti marah.
j.        Informing
Teknik ini bertujuan member informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan bagi lien, misalnya perawat menjelaskan tentang penyebab panas yang dialami klien.
Klien : Suster, kenapa suhu tubuh saya masih tinggi? Padahal saya sudah
 minum obat, kira-kira kenapa ya Suster?
Perawat : Baik saya jelaskan, panas tubuh atau suhu tubuh meningkat dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya karena ada proses infeksi, dehidrasi atau karena metabolism
e tubuh yang meningkat.
k.      Saran
Memberi alternative ide untuk pemecahan masalah. Dapat dipakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan.
Misalnya : Kita tadi sudah cukup banyak bicara tentang penyebab batuk dan sesak nafas, salah satunya karena merokok. Kami berharap Anda dapat mengurangi atau berhenti merokok.

II.7. Pengertian Penyakit Kronis
Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh. (Purwaningsih dan Karbina, 2009)
Ketidakmampuan/ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatAn yang baru dirasakan. (Purwaningsih dan Karbina, 2009).
Berdasarkan pengertian diatas kelompok menyimpulkan bahwa penyakit kronik yang dialami oleh seorang pasien dengan jangka waktu yang lama dapat menyebabkan seorang klien mengalami ketidakmampuan contohnya saja kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan. Contoh : penyakit diabetes militus, penyakit cord pulmonal deases, penyakit arthritis.

II.8. Sifat penyakit kronik
Menurut Wristht Le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronik mempunyai beberapa sifat diantaranya adalah :
a.        Progresif
Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh penyakit       jantung.

b.        Menetap
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap pada individu. Contoh penyakit diabetes mellitus.

c.       Kambuh
Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu  dengan kondisi yang sama atau berbeda. Contoh penyakit arthritis

II.9. Dampak penyakit kronis terhadap klien
Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien diantaranya (Purwaningsih dan kartina, 2009) adalah :
a.       Dampak psikologis
Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu :
1.              Klien menjadi pasif
2.              Tergantung
3.              Kekanak-kanakan
4.              Merasa tidak nyaman
5.              Bingung
6.              Merasa menderita

b.      Dampak somatik
Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan  penyakitnya. Contoh : DM adanya Trias P
1.        Dampak terhadap gangguan seksual
Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ) dan perubahan secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi seksual).
2.        Dampak gangguan aktivitas
Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan social dapat terganggu baik secara total maupun sebagian.




II.10. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit kronik
a.         Persepsi klien terhadap situasi
b.        Beratnya penyakit
c.         Tersedianya support social
d.        Temperamen dan kepribadian
e.         Sikap dan tindakan lingkungan
f.         Tersedianya fasilitas kesehatan
5.         Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik
Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-Sosial-Spritual ini akan meliputi respon kehilangan. (Purwaningsih dan kartina, 2009).

II.11. Fase kehilangan pada penyakit kronis dan tekhnik komunikasi
Tiap fase yang di alami oleh psien kritis mempunyai karakteristik yang berbeda. Sehingga perawat juga memberikan respon yang berbeda pul. Dalam berkomonikasi perwat juga harus memperhatikan pasien tersebut berada di fase mana, sehingga mudah bagi perawat dalam menyesuaikan fase kehilangAn yang di alami pasien.

1.      Fase Denial ( pengikraran )
Reaksi pertama individu ketika mengalami kehilangan adalah syok. Tidak percaya atau menolak kenyataan bahwa kehlangn itu terjadi dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi “. Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit kronis, akan terus menerus mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengikraran adalah letih,lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah dan tidak tau harus berbuat apa. Reaksi tersebut di atas cepat berakhir dlam waktu beberapa menit sampai beberapa tahun.
Teknik komunikasi yang di gunakan :
Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang kontruktif dalam menghadapi kehilangan dan kematian
Selalu berada di dekat klien
Pertahankan kontak mata       
2.      Fase anger ( marah )
Fase ini di mulai dari timbulnya kesadaran akan kenyataan yang terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering di proyeksikan kepada orang yang ada di sekitarnya, orang –orang tertentu atau di tunjukkan pada dirinya sendiri. Tidak jarang dia menunjukkan prilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan, dan menuduh perawat ataupun dokter tidak becus. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan menggepai.
Teknik komunikasi yang di gunakan adalah memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya, hearing.. hearing.. dan hearing..dan menggunakan teknik respek
3.      Fase bargening ( tawar menawar )
Apabila individu sudah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan maju pada fase tawar menawar dengan memohon kemurahan tuhan. Respon ini sering di nyataka dengan kata kata “ kalau saja kejadian ini bisa di tunda, maka saya akan selalu berdoa “ . apabila proses berduka ini di alami keluarga, maka pernyataan seperti ini sering di jumpai “ kalau saja yang sakit bukan anak saya Teknik komunikasi yang di gunakan adalah memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar dan menanyakan kepada pasien apa yang di ingnkan
4.      Fase depression
Individu fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak mau berbicara, kadang kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan menurut atau dengan ungkapAn yang menyatakan keputus asaan, perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering di perlihatkan adalah menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libugo menurun
Teknik komunikasi yang di gunakan adalah jangan mencoba menenangkan klien dan biarkan klien dan keluarga mengekspresikan kesedihannya.      
5.      Fase acceptance ( penerimaan )
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan.  Fase menerima ini biasanya di nyatakan dengan kata kata ini  apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh?” Apabila individu dapat memulai fase fase tersebut dan masuk pada fase damai atau penerimaan, maka dia akan dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan kehilnagannya secara tuntas. Tapi apabila individu tetep berada pada salah satu fase dan tidak sampai pada fase penerimaan. Jika mengalami kehilangan lagi sulit baginya masuk pada fase penerimaan.

Teknik komunikasi yang di gunakan perawat adalah meluangkan waktu untuk klien dan sediakan waktu  untuk mendiskusikan perasaan  keluarga terhadap kematian pasien.
6.      Menyampaikan berita buruk
langkah langkahnya adalah :
a.      Persiapan
Pahami anda sendiri sebagai perawat dan siapkan diri anda dengan berbagai macam informasi
Yang paling baik dalam menyampaikan berita buruk adalah dengan bertemu langsung dengan orang yang kita tuju. Menyampaikan denagn tidak jelas dan menakutkan hendaknya di hindari seperti : “ ibu sri, datanglah segera, saya mempunyai sesuatu yang harus saya katakan kepada anda
Selain itu alangkah lebih baiknya jika perawat menyediakan tempat duduk bagi perawat, dokter dan orang yang akan di ajak bicara, duduk dan tampakkan bahwa anda memberikan perhatian dan tidak dalam keadaan tergesa gesa. Cegah berbicara sambil berlari atau di tempat yang tidak semestinya misal : koridor rumah sakit yang banyak ornag.
Beritahukan rekan anda bahwa anda tidak bisa di ganggu selagi anda menyampaikan berita kepada pasien. Atur suara agar anda terlihat normal, tidak erogi atau bergetar
b.        Membuat hubungan
Buatlah percakapan awal, walaupun anda mengira bahwa orang yang akan anda ajak bicara sudah memiliki firasat apa yang akan anda sampaikan.
Beberapa tugas penting di awal ;
·         Percakapan awal
Perkenalkan diri anda dan orang ornag bersama anda, jika di sana terdapat orang yang elum di ketahui oleh perawat maka cari tahu siapa dia.
Kaji status resipien ( orang yang anda tuju untuk di kabrkan dengan kabr buruk)
Tanyakan kabar atau kenyamanan dan kebutuhannya. Anda harus mengkaji tentang pemahaman resipien terhadap situasi.
Hal ini akan membantu perawat dalam membuat transisi dalam menyampaikan kabar buruk dan akan membantu perawat dalam mengkaji persepsi pasien terhadap keadaan. Perawat dapat mengutarakan pertanyaan sepertimengapa tes itu di lakukan?”

c.       Berbagi cerita
Ada kiasan bahwa kabar buruk adalah seperti bom. Yang radiasinya akan mengenai semua yang ada lingkungannya.
·         Bicara pelan
Berikan peringatan awal “ saya takut saya mempunyai kabar yang kurang baik untuk anda....
 Kalimat hendaknya singkat dan beberapa kalimat pendek saja.
d.        Akibat dari berita
Tunggu reaksi dan tenang
Misal : menangis, pingsan dll
·         Lihat dan berikan respon sebagai tanda empati
Dan perawat bisa menyampaikan “ saya paham, hal ini sulit bagi anda. Apa yang ada  dalam pikiran anda saat ini?
·         Ikuti dan perhatikan resipien selanjutnya
Anda dapat membantu resipien agar dapat menguasai kontrol dengan menanyakan
“ apakah anda membutuhkan informasi baru atau kita bisa bicara di kemudian?
Berikan perhatian dan hormati perasaan dan kebutuhan diri perawat
Sering kali perawat merasa berat hati dan merasa stres ketika menyampikan brita buruk. Oleh karna itu berbagi pengalaman dan perasaan terhadap teman sejawat sangat di perlukan dan bisa sebagai support system bagi diri anda sendiri.

II.12. Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik
Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-Sosial-
Spritual ini akan meliputi respon kehilangan.
a.       Kehilangan kesehatan
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien merasa takut , cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas.
b.      Kehilangan kemandirian
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan melalui berbagai      perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan
c.       Kehilangan situasi
Klien merasa kehilangan  situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga kelompoknya
d.      Kehilangan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti panas, nyeri, dll
e.       Kehilangan fungsi fisik
Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal ginjal harus dibantu melalui hemodialisa
f.        Kehilangan fungsi mental
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir efisien sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional
g.      Kehilangan konsep diri
Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan fungsi sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image) peran serta identitasnya. Hal ini dapat  akan mempengaruhi idealism diri dan harga diri rendah
h.      Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga













BAB III
PENUTUP

IV.1. Kesimpulan
            Hubungan perawat – klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman perbaikan emosi klien. Dalam hal ini perawat memakai dirinya secara terapeutik dengan menggunakan berbagai teknik komunikasi agar perilaku klien berubah kea rah yang positif secara optimal. Agar perawat dapat berperan efektif dan terapeutik, ia harus menganalisa dirinya dari kesadaran diri, klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi model yang bertanggungjawab. Seluruh perilaku dan pesan yang disampaikan perawat (verbal atau non verbal) hendaknya bertujuan terapeutik untuk klien.
Analisa hubungan intim yang terapeutik perlu dilakukan untuk evaluasi perkembangan hubungan dan menentukan teknik dan keterampilan yang tepat dalam setiap tahap untuk mengatasi masalah klien dengan prinsip di sini dan saat ini (here and now).
Rasa aman merupakan hal utama yang harus diberikan pada anak agar anak bebas mengemukakan perasaannya tanpa kritik dan hukuman.
IV.Saran
Seorang perawat haruslah bisa mengekspresikan perasaan yang sebenarnya secara spontan. Di samping itu perawat juga harus mampu menghargai klien dengan menerima klien apa adanya. Menghargai dapat dikomunikasikan melalui duduk bersama klien yang menangis,minta maaf atas hal yang tidak disukai klien,dan menerima permintaan klien untuk tidak menanyakan pengalaman tertentu . Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah. Tepat dipakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan dengan klien,terutama pada pasien kronis yang klien itu sendiri sudah tidak merasa hidupnya berguna lagi.

Perawat perlu menganalisa teknik komunikasi yang tepat setiapkali ia berhubungan dengan klien. Melalui  komunikasi verbal dapat diungkapkan informasi yang akurat tetapi aspek emosi dan perasaan tidak dapat diungkapkan seluruhnya secara verbal. Dengan mengerti proses komunikasi dan menguasai berbagai keterampilan berkomunikasi, diharapkan perawat dapat memakai dirinya secara utuh (verbal dan non verbal) untuk memberi efek terapeutik kepada klien.
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, Hery. 1994. Komunikasi Untuk Perawat. Jakarta: EGC
Hubungan Terapeutik Perawat - Klien , Budiana Keliat ,S.Kep.
Potter & Perry (2005). Fundamental keperawatan, Edisi 5 . Jakarta : EGC
















ROLEPLAY KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KRONIS

Ø  Kasus
            Ny.A usia 45 tahun dirawat di  RS Gambiran Kediri  karena penyakit Diabetes Melittus yang tak kunjung sembuh. Penyakit yang dideritanya selama 3tahun semakin lama semakin parah. Beliau dibawa ke RS karena beberapa waktu lalu kaki kanannya terkena pecahan kaca dan lukanya tidak lekas sembuh
Ny.A sudah dirawat selama dua minggu, Ny.A mendapat perawatan yang baik dari RS.  Namun, Ny.A  mengatakan bahwa Beliau sudah bosan dengan penyakit yang dideritanya selama ini. Ini membuat  Ny.A sangat terpukul dan ingin mengakhiri hidupnya. Setelah ditanya perawat, Ny.A  mengatakan bahwa Beliau  malu  dengan keadaan yang dialami dan beliau merasa lelah dengan apa yang dihadapinya
Ini membuat perawat harus mencari cara agar ny.A tidak lebih terpuruk dengan keadaannya. Dengan komunikasi terapeutik perawat yakin bahwa Ny.A akan merasa ada yang memperhatikan dan akan menarik diri untuk tidak memikirkan hal – hal yang kurang baik. Dengan begitu, perawat menasehati Ny.A sehingga Ny.A mau untuk bersabar dan menerima keadaan yang beliau alami saat ini.
Ø  Roleplay Perawat Melakukan Komunikasi Terapeutik Pada Klien dengan penyakit Kronis (Diabetes  Melitus)
            “ Pada pagi hari seorang ibu paruh baya  bernama ibu Ani  yang berumur 45 tahun tidur menyingkur. Dia mempunyai penyakit diabetes mellitus. Beliau merasa hidupnya tidak berguna lagi dan merasa malu dengan keadaannya saat ini,. Namun, perawat memberi perngertian bahwa semua penyakit pasti ada obatnya”
Cerita selengkapnya, kita lihat di TKP:
P          : Selamat pagi (Perawat berhadapan dengan klien).
Ny.A   : Selamat pagi suster….!
P          : Perkenalkan, nama saya suster Dwi ( Sambil berjabat  tangan). Maaf, apakah benar ini dengan ibu Ani?
Ny.A  : benar, saya ibu Ani.
P          : Bagaimana kabar ibu Ani hari ini ? Apakah tidur semalam nyenyak?
Ny.A  : Baik suster, dan tidur saya semalam cukup nyenyak.
P         : Kalau boleh tahu, kenapa ibu Ani selalu memalingkan muka setiap bertemu saya? apakah ibu  Ani mau bercerita tentang apa yang ada dibenak ibu dengan saya?
Saya akan membantu ibu, jika ibu ada masalah. Saya akan meluangkan waktu dan  saya akan mendengarkan.
Ny.A  : begini sus,saya malu dengan keadaan saya saat ini. (menangis)
P          : ( Perawat mendengarkan dengan penuh perhatian )
            : Kenapa  ibu Ani malu dengan keadaan ibu saat ini? ( Perawat menanyakan pertanya an An y  yang berkait untuk mendapatkan informasi yang spesifik ). Bukankah kemarin saya sudah menjelaskan kepada ibu agar ibu tetap bersabar? InsyaAllah, ibu akan diberi kesembuhan.
Ny.A  : Pokoknya, saya malu sus, saya ingin mati saja (menangis)
 saya malu dengan keadaan saya ini karena saya tidak bisa seperti orang lain yang degan mudah berkumpul dan saya tidak mau mendapat bantuan apapun….!
P          : ibu Ani, saya mengerti apa yang ibu rasakan . Tetapi, Ibu Ani tidak perlu malu dengan keadaan ibu sendiri, dengan ibu lebih sabar dan tegar ibu pasti akan bisa menjalani semua ini.( Perawat berusaha mengklarifikasi ).
“Ibu Ani pun terdiam sejenak. Lalu perawat memberikan tambahan informasi untuk memfasilitasi klien dalam mengambil keputusan”.
P          : Ibu Ani, dengan pengobatan yang ibu jalani sekarang dan dengan kesabaran ibu,itu akan  membantu ibu untuk menyembuhkan penyakit ibu. ( Perawat memberikan kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan ).
Ny.A  : tapi sus,, saya merasa hidup saya sudah  tidak berguna lagi. Lihatlah sus, kaki saya,, (menunjukkan kakinya dan menangis meronta)
P          : ibu,, ibu tenang dulu, semua penyakit pasti da obatnya, tapi obat itu tak aka nada gunanya, jika kita juga tidak berniat dari hati bahwa kita bisa sembuh. Banyak orang diluar sana yang masih membutuhkan bantuan ibu.
Ny.A   : (menghela nafas) baik sus, saya akan berusaha sabar dan  tegar, suatu saat nanti pasti penyakit saya ini akan sembuh.
P          : ( Perawat memberikan penghargaan dengan tersenyum pada Ibu Ani)
            : Keputusan itu sangat baik Ibu Ani, mudah-mudahan anda cepat sembuh dan dapat beraktifitas seperti biasanya.
Ny.A  : Terima kasih sus atas motivasi yang anda berikan.
P          : Sama-sama Ibu Ani.
Ny.A     : yang terpenting saya akan selalu berdoa untuk kesembuhan saya. Jika nanti takdir berkata lain, sayasudah siap menerimanya sus.
P            : nah, ibu,,, semua itu sudah diatur sama Allah. Dan kita harus bisa menerimanya.
Ny.A     : baik sus..
            Ibu Ani pun telah menyadari bagaimana keadaan yang dia alami, dan Beliau berusaha untuk menerimanya.
 Kesimpulan dari role play kali ini adalah untuk menjalin suatu hubungan yang saling percaya, maka perawat membutuhkan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik ini berguna untuk mengembangkan pribadi  klien kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien. Padapasien yang mengalami penyakit kronis ini, perawat harus lebih bisa pbersabar untuk menuntun pasien agar keluar dari keadaan yang bisa menurunkan semangatnya untuk hidup.

2 komentar:

  1. kak kalo contoh dialog yang mencerminkan tentang jenis komunikasi terapeutik itu gimana ???

    BalasHapus
  2. kak, yang menyampaikan berita buruk (no.6) referensinya dari buku yang mana ya? soalnya buat tugas besok :)

    BalasHapus