MAKALAH KOMUNIKASI KEPERAWATAN
“KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN
KRONIS”
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Komunikasi
terapeutik adalah komunikasi
yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik
mengarah pada bentuk komunikasi
interpersonal.Suatu bentuk
pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang
didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia. Dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat komprehensif,
ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan
sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Sedangkan asuhan yang diberikan berupa bantuian-bantuan kepada pasien karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya
kemampuan dan atau kemauan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan
sehari-hari secara mandiri. Maka
kebutuhan pasien yang memiliki penyakit kronis tidak hanya pemenuhan/pengobatan
gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis,
sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang
dikenal sebagai perawatan paliatif atau palliative care.
Dengan itu
kami mengangkat judul :
“Komunikasi Terapeutik Pada Pasien
Kronis“
I.2. Rumusan Masalah
1.
Apa yang
dimaksud komunikasi terapeutik?
2.
Bagaimana
cara penerapan teknik komunikasi terapeutik?
3.
Apa yang di maksud dengan penyakit kronis?
4.
Apa penyebab dari penyakit kronis?
5.
Bagaimana cara menyampaikan berita buruk pada pasien
kronis?
6.
Bagaimana cara berkomunikasi
dengan pasien kronis?
1.3
Tujuan
1. Menjelaskan yang dimaksud komunikasi terapeutik.
2. Menjelaskan cara penerapan teknik komunikasi terapeutik?
3. Menjelaskan
tentang pengertian penyakit kronis
4. Menjelaskan
penyebab dari timbulnya penyakit kronis
5. Memberikan
pemaparan secara jelas mengenai penyampaian berita buruk terhadap pasien kronis.
6. Menjelaskan
bagaimana berkomunikasi
dengan penderita penyakit kronis dengan benar.
I.4. Metode
penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode
diskritip melalui pendekatan studi kasus yang meliputi pengumpulan data,
analisa data, dan menarik kesimpulan. Metode ini dilakukan dengan cara
mempelajari buku-buku dan sumber-sumber lain (internet) yang berhubungan dengan
judul dan permasalahan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
II.1. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi dalam keperawatan disebut
dengan komunikasi terapeutik, dalam hal ini
komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi
keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan
pasien. Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama
antara perawat-klien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Maksud
komunikasi adalah untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Oleh
karenanya seorang perawat harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
aplikatif komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat
dipenuhi. Di dalam komunikasi
terapeutik ini harus ada unsure kepercayaan.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar dan bertujuan dan kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan pasien, dan merupakan komunikasi professional yang mengarah pada tujuan untuk penyembuhan pasien
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar dan bertujuan dan kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan pasien, dan merupakan komunikasi professional yang mengarah pada tujuan untuk penyembuhan pasien
Beberapa
pendapat mengenai komunikasi terapeutik diantaranya:
1.
Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai kemampuan atau
keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi
gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain.
2.
Stuart G.W (1998) menyatakan bahwa komunikasi
terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan klien, dalam
hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam
rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.
3.
S.Sundeen
(1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah hubungan kerjasama yang
ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina
hubungan intim yang terapeutik.
4.
Kalthner, dkk
(1995) mengatakan bahwa komunikasi terapeutik terjadi dengan tujuan menolong
pasien yang dilakukan oleh orang-orang yang professional dengan menggunakan
pendekatan personal berdasarkan perasaan dan emosi.
5.
(Heri Purwanto,
1994)Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi interpersonal, artinya
komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal dan
nonverbal.
6.
(Mulyana,
2000)Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
7.
(Indrawati, 2003 48).Komunikasi terapeutik
termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan
pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi in
adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat
dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat
membantu dan pasien menerima bantuan
8.
(Indrawati, 2003
: 48)Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang
bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan
tindakan profesional.
II.2. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik bertujuan
untuk mengembangkan pribadi klien kearah yang lebih
positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi :
1.
Realisi diri, penerimaan diri dan peningkatan
penghormatan diri. Memulai
komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalm diri klien. Klien yang
menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami perubahan dalam
dirinya, ia tidak mampu menerima keberadaan dirinya,mengalami gambaran diri,
penurunan harga diri, merasa tidak berarti dan padaakhirnya merasa putus asa
dan depresi.
2.
.Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak
superfisial dansaling bergantung dengan orang lain. Melalui
komunikasi terapeutik, orang belajar bagaimana menerima danditerima orang lain.
Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima klien apa
adanya, perawat akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalammembina hubungan
saling percaya (Hibdon, 200). Rogers (1974) dalam Abraham dan
Shanley (1997) mengemukakah bahwa hubungan mendalam yang
digunakan dalam proses interaksi antara perawat dan klien merupakan area untuk
mengekspresikan kebutuhan, memecahkan masalah dan meningkatkan
kemampuan koping.
3.
Peningkatan
fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan sertamencapai tujuan yang
reistis. Terkadang
klien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tinggi tanpa mengukur
kemampuannya. Taylor, Lilis dan La Mone (1997) mengemukakan bahwa individu yang
merasa kenyataan dirinya mendekati ideal dirimempunyai harga diri yang tinggi
sedangkan individu yang merasa kenyataan hidupnya
jauh dari ideal dirinya akan merasa rendah diri.
4.
Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan
kebutuhan serta mencapai
tujuAn yang reistis.
Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai
rasa percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi
terapeutik diharapkan perawat dapat membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang
jelas.
II.3. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik meningkatkan
pemahaman dan membantu terbentuknya hubungan yang
konstruktif meningkatkan pemahaman dan membantu terbentuknya
hubungan yang
konstruktif diantar perawat klien. Tidak seperti komunikasi
sosial, komunikasi ini mempunyai tujuan untuk membantu klien mencapai
suatu tujuan dalam asuhan keperawatan.
Oleh karena itu sangat penting bagi perawat untuk memahami prinsip dasar
komunikasi terapeutik berikut ini :
1.
Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik
yang saling menguntungkan, didasarkan pada
prinsip ‘humanity of nurses and clients’.
2. Perawat
harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan karakter,memahami
perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya, dan keunikan
setiap individu.
3. Semua
komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun
penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga hargadininya dan
harga diri klien.
4. Komunikasi
yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust)harus dicapai
terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan danmemberikan alternatif
pemecahan masalah (Stuart,1998). Hubungan saling percaya antara perawat dan
klien adalah kunci dan komunikasi terapeutik.
5. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang
berarti memahami dirinya sendiri serta nilai
yang dianut.
6. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling
menerima, saling percaya dan saling
menghargai.
7. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang
dianut oleh klien.
8. .Perawat
harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental. Perawat
harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi
untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya. Sehingga
tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah – masalahyang dihadapi.
9. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri
secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah,
keberhasilan maupun fungsi.
II.4. Jenis Komunikasi Terapeutik
Komunikasi merupakan proses kompleks
yang melibatkan perilaku dan memungkinkan
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
Menurut Potter dan Perry (1993) dalam Purba (2003), komunikasi terjadi pada
tiga tingkatan yaitu
intrapersonal, interpersonal dan publik.
1.
Komunikasi
Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah
sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan
dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu.
Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau
perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan
obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang
tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam
tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara
langsung. Komunikasi Verbal yang efektif
harus:
1)
Jelas dan ringkas
2)
Perbendaharaan Kata (Mudah dipahami)
3)
Arti denotatif dan konotatif
4)
Selaan dan kesempatan berbicara
5)
Waktu dan Relevansi
6)
Humor
2. Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan
dalam bisnis, seperti komunikasi melalui surat menyurat, pembuatan memo,
laporan, iklan di surat kabar dan lain- lain. Prinsip-prinsip
komunikasi tertulis terdiri dari :
1) Lengkap
2) Ringkas
3) Pertimbangan
4) Konkrit
5) Jelas
6) Sopan
7) Benar
Fungsi komunikasi tertulis adalah:
1.
Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya;
persetujuan operasi.
2.
Alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya
surat yang telahdiarsipkan.
3.
Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama
yang digali kembali untuk
mengetahui perkembangan masa lampau.
4.
Jaminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan.
5.
Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat
keputusan, surat perintah,surat pengangkatan.
Keuntungan Komunikasi tertulis adalah:
1)
Adanya dokumen tertulis
2)
Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman
3)
Dapat meyampaikan ide yang rumit
4)
Memberikan analisa, evaluasi dan ringkasan
5)
menyebarkan informasi kepada khalayak ramai
6)
Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan
komunikasi lisan.
7)
Membentuk dasar kontrak atau perjanjian
8)
Untuk penelitian dan bukti di pengadilan kerugian
Komunikasi tertulis
3.
Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non-verbal adalah
pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata.
Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang
lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang
disampaikan klien mulai dan saat pengkajian sampai
evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non
verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang
mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Morris
(1977) dalam Liliweni (2004) membagi pesan non verbal sebagai berikut:
1.
Kinesik
Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan
dalam bentuk bahasa isyarat
tubuh atau anggota tubuh. Perhatikan bahwa dalam pengalihaninformasi mengenai
kesehatan, para penyuluh tidak saja menggunakan kata-kata secara verbal tetapi
juga memperkuat pesan-pesan itu dengan bahasa isyarat
untuk mengatakan suatu penyakit yang berbahaya, obat yang mujarab, cara memakai
kondom, cara mengaduk obat, dan lain-lain.
2.
Proksemik
Proksemik yaitn bahasa non verbal yang ditunjukkan
oleh “ruang” dan “jarak” antara
individu dengan orang lain waktu berkomunikasi atau antara individudengan
objek.
3.
Haptik
Haptik seringkali disebut zero proxemics, artinya
tidak ada lagi jarak di antara dua orang
waktu berkomunikasi. Atas dasar itu maka ada ahli komunikasi
nonverbal yang mengatakan haptik itu sama dengan menepuk-nepuk, meraba-raba, memegang,
mengelus dan mencubit. Haptik mengkomunikasikan relasi anda dengan
seseorang.
4.
Paralinguistik
Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara
sehingga dia bermanfaat kalaukita hendak menginterprestasikan simbol verbal.
5.
Artifak
Artifak dalam
komunikasi komunikasi non verbal dengan berbagai benda
material disekitar kita.
6.
Logo dan Warna Kreasi perancang untuk menciptakan logo
dalam penyuluhan merupakan karya
komunikasi bisnis.
7.
Tampilan Fisik Tubuh
Acapkali anda mempunyai kesan tertentu terhadap
tampilan fisik tubuh dari lawan bicara
anda. Kita sering menilai seseorang mulai dari warna kulitnya,tipe tubuh
(atletis, kurus, ceking, bungkuk, gemuk, gendut, dan lain-lain). Tipe tubuh itu
merupakan cap atau warna yang kita berikan kepada orang itu. Salah satu
keutamaan pesan atau informasi kesehatan adalah persuasif, artinya bagaimana
kita merancang pesan sedemikian rupa sehingga mampu mempengaruhi
orang lain agar mereka dapat mengetahui informasi, menikmati informasi,
memutuskan untuk membeli atau menolak produk bisnis yang disebarluaskan
oleh sumber informasi. (Liliweri, 2007:108).
II.5. Karakteristik
Komunikasi Teraupetik
Ada tiga hal
mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu sebagai berikut:
(Arwani, 2003 : 54).
1.
Ikhlas (Genuiness)
Semua perasaan negatif yang dimiliki
oleh pasien harus bisa
diterima dan pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan
memberikan bantuan kepada pasien untuk mengkomunikasikan kondisinya secara
tepat.
2.
Empati (Empathy)
Merupakan sikap jujur dalam menerima
kondisi pasien. Obyektif dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan
tidak berlebihan.
3.
Hangat (Warmth)
Kehangatan dan sikap permisif yang
diberikan diharapkan pasien dapat memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa
rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan perasaannya lebih mendalam.
II.6.
Teknik Komunikasi Terapeutik
a.
Mendengar (Listening)
Merupakan
dasar utama dalam
komunikasi. Dengan mendengar perawat
mengetahui perasaan klien, member kesempatan lebih banyak pada klien untuk
bicara. Perawat harus
menjadi pendengar yang aktif dengan tetap kritis dan korektif bila apa yang
disampaikan klien perlu diluruskan. Tujuan teknik ini adalah memberi rasa aman klien dalam mengungkapkan perasaannya dan
menjaga kestabilan emosi/psikologis klien.
b.
Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)
Teknik
ini memberi kesempatan klien untuk
mengungkapkan perasaannya sesuai kehendak klien tanpa membatasi, contoh:
“Apa yang sedang Saudara pikirkan?”, “Apa yang
akan kita bicarakan hari ini?”.
Agar klien merasa aman dalam mengungkapkan perasaannya, perawat dapat memberi dorongan dengan cara mendengar atau mengatakan “saya mengerti yang saudara katakan”.
Agar klien merasa aman dalam mengungkapkan perasaannya, perawat dapat memberi dorongan dengan cara mendengar atau mengatakan “saya mengerti yang saudara katakan”.
c.
Mengulang (Restarting)
Mengulang
pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya untuk menguatkan
ungkapan klien dan member indikasi perawat mengikuti pembicaraan klien.
Misalnya: “Ooh..jadi Saudara tadi malam tidak bisa tidur karena....”.
d.
Klarifikasi
Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien berhenti karena malu mengemukakan informasi, informasi yang diperoleh tidak lengkap atau mengemukakannya berpindah-pindah. Contoh: “dapatkah Anda menjelaskan kembali tentang....?”.
Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien berhenti karena malu mengemukakan informasi, informasi yang diperoleh tidak lengkap atau mengemukakannya berpindah-pindah. Contoh: “dapatkah Anda menjelaskan kembali tentang....?”.
Gunanya
untuk kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan persepsi perawat-klien.
e.
Refleksi
Refleksi merupakan reaksi perawat-klien selama berlangsungnya komunikasi. Refleksi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
Refleksi merupakan reaksi perawat-klien selama berlangsungnya komunikasi. Refleksi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1)Refleksi isi,
bertujuan memvalidasi apa yang didengar. Klarifikasi ide yang diekspresikan
klien dengan pengertian perawat.
2)Refleksi
perasaan, yang bertujuan member respon pada perasaan klien terhadap isi
pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima perasaannya.
Teknik refleksi ini berguna untuk:
·
Mengetahui dan menerima ide dan perasaan.
·
Mengoreksi.
·
Memberi keterangan lebih jelas
Kerugiannya adalah:
·
Mengulang
terlalu sering tema yang sama
·
Dapat menimbulkan marah, iritasi, dan frustasi
f.
Memfokuskan
Membantu klien bicara
pada topik yang telah dipilih dan yang penting
serta menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yaitu lebih
spesifik, lebih jelas, dan berfokus pada realitas.
Contoh:
Klien : “Petugas kesehatan yang ada di rumah sakit ini kurang perhatian pada pasiennya”.
Perawat : “Apakah Saudara sudah minum obat?”
Contoh:
Klien : “Petugas kesehatan yang ada di rumah sakit ini kurang perhatian pada pasiennya”.
Perawat : “Apakah Saudara sudah minum obat?”
g.
Membagi persepsi
Meminta pendapat klien
tentang hal yang perawat rasakan dan pikirkan. Dengan cara ini perawat dapat
meminta umpan balik dan memberi informasi.
Contoh: “Anda tertawa, tetapi saya rasa Anda marah kepada saya”.
Contoh: “Anda tertawa, tetapi saya rasa Anda marah kepada saya”.
h.
Identifikasi Tema
Mengidentifikasi latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul selama percakapan. Gunanya untuk meningkatkan pengertian dan mengeksplorasi masalah yang penting.
Misalnya: “Saya lihat dari semua keterangAn yang Anda jelaskan, Anda telah disakiti. Apakah ini latar belakang masalahnya?”
Mengidentifikasi latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul selama percakapan. Gunanya untuk meningkatkan pengertian dan mengeksplorasi masalah yang penting.
Misalnya: “Saya lihat dari semua keterangAn yang Anda jelaskan, Anda telah disakiti. Apakah ini latar belakang masalahnya?”
i.
Diam (Silence)
Cara yang sukar biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan. Tujuannya untuk member kesempatan berpikir dan memotivasi klien untuk bicara. Pada klien yang menarik diri, teknik diam berarti perawat menerima klien.
Misalnya:
Klien : Saya jengkel kepada suami saya.
Perawat : Diam (memberi kesempatan klien)
Klien : Suami saya selalu telat pulang kerja tanpa alasAn yang jelas, kalau saya tanya pasti marah.
Cara yang sukar biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan. Tujuannya untuk member kesempatan berpikir dan memotivasi klien untuk bicara. Pada klien yang menarik diri, teknik diam berarti perawat menerima klien.
Misalnya:
Klien : Saya jengkel kepada suami saya.
Perawat : Diam (memberi kesempatan klien)
Klien : Suami saya selalu telat pulang kerja tanpa alasAn yang jelas, kalau saya tanya pasti marah.
j.
Informing
Teknik ini bertujuan member informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan bagi lien, misalnya perawat menjelaskan tentang penyebab panas yang dialami klien.
Klien : Suster, kenapa suhu tubuh saya masih tinggi? Padahal saya sudah minum obat, kira-kira kenapa ya Suster?
Perawat : Baik saya jelaskan, panas tubuh atau suhu tubuh meningkat dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya karena ada proses infeksi, dehidrasi atau karena metabolisme tubuh yang meningkat.
Teknik ini bertujuan member informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan bagi lien, misalnya perawat menjelaskan tentang penyebab panas yang dialami klien.
Klien : Suster, kenapa suhu tubuh saya masih tinggi? Padahal saya sudah minum obat, kira-kira kenapa ya Suster?
Perawat : Baik saya jelaskan, panas tubuh atau suhu tubuh meningkat dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya karena ada proses infeksi, dehidrasi atau karena metabolisme tubuh yang meningkat.
k.
Saran
Memberi alternative ide untuk pemecahan masalah. Dapat dipakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan.
Misalnya : Kita tadi sudah cukup banyak bicara tentang penyebab batuk dan sesak nafas, salah satunya karena merokok. Kami berharap Anda dapat mengurangi atau berhenti merokok.
Memberi alternative ide untuk pemecahan masalah. Dapat dipakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan.
Misalnya : Kita tadi sudah cukup banyak bicara tentang penyebab batuk dan sesak nafas, salah satunya karena merokok. Kami berharap Anda dapat mengurangi atau berhenti merokok.
II.7. Pengertian Penyakit Kronis
Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung
lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh.
(Purwaningsih dan Karbina, 2009)
Ketidakmampuan/ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala
tindakannya tidak akan
mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan
kondisi tertentu atau kegiatAn yang baru dirasakan. (Purwaningsih dan Karbina,
2009).
Berdasarkan pengertian diatas kelompok menyimpulkan bahwa penyakit kronik
yang dialami oleh seorang pasien dengan jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan seorang klien mengalami ketidakmampuan contohnya saja kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan. Contoh : penyakit diabetes militus, penyakit cord pulmonal deases, penyakit
arthritis.
II.8. Sifat penyakit kronik
Menurut
Wristht Le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronik mempunyai beberapa sifat
diantaranya adalah :
a.
Progresif
Penyakit kronik yang semakin
lama semakin bertambah parah. Contoh penyakit jantung.
b.
Menetap
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap
pada individu. Contoh penyakit diabetes mellitus.
c.
Kambuh
Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi
yang sama atau berbeda. Contoh penyakit arthritis
II.9. Dampak penyakit kronis terhadap klien
Dampak yang
dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien diantaranya (Purwaningsih
dan kartina, 2009) adalah :
a. Dampak psikologis
Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu :
1.
Klien
menjadi pasif
2.
Tergantung
3.
Kekanak-kanakan
4.
Merasa tidak
nyaman
5.
Bingung
6.
Merasa
menderita
b. Dampak somatik
Dampak somatic adalah dampak
yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan penyakitnya. Keluhan somatic sesuai
dengan keadaan penyakitnya. Contoh : DM
adanya Trias P
1.
Dampak
terhadap gangguan seksual
Merupakan akibat dari
perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ) dan perubahan secara psikologis
(persepsi klien terhadap fungsi seksual).
2.
Dampak
gangguan aktivitas
Dampak ini akan mempengaruhi
hubungan sosial sehingga hubungan social dapat terganggu baik secara total
maupun sebagian.
II.10. Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyakit kronik
a. Persepsi klien terhadap
situasi
b. Beratnya penyakit
c. Tersedianya support
social
d. Temperamen dan kepribadian
e. Sikap dan tindakan
lingkungan
f. Tersedianya fasilitas
kesehatan
5. Respon Klien Terhadap
Penyakit Kronik
Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon
Bio-Psiko-Sosial-Spritual ini akan meliputi respon kehilangan. (Purwaningsih
dan kartina, 2009).
II.11. Fase kehilangan pada penyakit kronis dan tekhnik komunikasi
Tiap fase yang di alami oleh psien kritis mempunyai karakteristik yang berbeda.
Sehingga perawat juga memberikan respon yang berbeda pul. Dalam berkomonikasi
perwat juga harus memperhatikan pasien tersebut berada di fase mana, sehingga
mudah bagi perawat dalam menyesuaikan fase kehilangAn yang di alami pasien.
1. Fase Denial
( pengikraran )
Reaksi pertama individu ketika mengalami kehilangan adalah syok. Tidak
percaya atau menolak kenyataan bahwa kehlangn itu terjadi dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi
“. Bagi
individu atau keluarga yang mengalami penyakit kronis, akan terus menerus
mencari informasi tambahan. Reaksi fisik
yang terjadi pada fase pengikraran adalah letih,lemah, pucat, mual, diare,
gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah dan tidak tau harus
berbuat apa. Reaksi tersebut di atas cepat berakhir dlam waktu beberapa menit
sampai beberapa tahun.
Teknik komunikasi yang
di gunakan :
Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang kontruktif dalam
menghadapi kehilangan dan kematian
Selalu
berada di dekat klien
Pertahankan kontak mata
2.
Fase anger ( marah )
Fase ini di mulai dari timbulnya kesadaran akan kenyataan yang
terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang
meningkat yang sering di proyeksikan kepada orang yang ada di sekitarnya, orang –orang tertentu atau di tunjukkan pada dirinya sendiri.
Tidak jarang dia menunjukkan prilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan,
dan menuduh perawat ataupun dokter tidak becus. Respon fisik yang sering
terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur,
tangan menggepai.
Teknik komunikasi yang
di gunakan adalah memberikan
kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya, hearing..
hearing.. dan hearing..dan menggunakan
teknik respek
3. Fase
bargening ( tawar menawar )
Apabila individu
sudah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan maju pada
fase tawar menawar dengan memohon kemurahan tuhan. Respon ini sering di nyataka
dengan kata kata “ kalau saja kejadian
ini bisa di tunda, maka saya akan selalu berdoa “ . apabila proses berduka
ini di alami keluarga, maka pernyataan seperti ini sering di jumpai “ kalau saja yang sakit bukan anak saya Teknik komunikasi yang
di gunakan adalah memberi
kesempatan kepada pasien untuk menawar dan menanyakan
kepada pasien apa yang di ingnkan
4. Fase
depression
Individu fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak
mau berbicara, kadang kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan
menurut atau dengan ungkapAn yang menyatakan keputus asaan, perasaan tidak
berharga. Gejala fisik yang sering di perlihatkan adalah menolak makan, susah
tidur, letih, dorongan libugo menurun
Teknik komunikasi yang
di gunakan adalah jangan
mencoba menenangkan klien dan biarkan klien
dan keluarga mengekspresikan kesedihannya.
5. Fase
acceptance ( penerimaan )
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Fase menerima ini biasanya di nyatakan dengan
kata kata ini “ apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh?” Apabila
individu dapat memulai fase fase tersebut dan masuk pada fase damai atau
penerimaan, maka dia akan dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi
perasaan kehilnagannya secara tuntas. Tapi apabila individu tetep berada pada
salah satu fase dan tidak sampai pada fase penerimaan. Jika mengalami
kehilangan lagi sulit baginya masuk pada fase penerimaan.
Teknik komunikasi yang
di gunakan perawat adalah meluangkan waktu untuk klien dan sediakan waktu untuk mendiskusikan perasaan keluarga terhadap kematian pasien.
6. Menyampaikan
berita buruk
langkah – langkahnya
adalah :
a.
Persiapan
Pahami anda
sendiri sebagai perawat dan siapkan diri anda dengan berbagai macam informasi
Yang paling
baik dalam menyampaikan berita buruk adalah dengan bertemu langsung dengan
orang yang kita tuju. Menyampaikan denagn tidak jelas dan menakutkan hendaknya
di hindari seperti : “ ibu sri, datanglah
segera, saya mempunyai sesuatu yang harus saya katakan kepada anda “
Selain itu alangkah lebih baiknya jika perawat menyediakan tempat duduk
bagi perawat, dokter dan orang yang akan di ajak bicara, duduk dan tampakkan
bahwa anda memberikan perhatian dan tidak dalam keadaan tergesa gesa. Cegah
berbicara sambil berlari atau di tempat yang tidak semestinya misal : koridor
rumah sakit yang banyak ornag.
Beritahukan
rekan anda bahwa anda tidak bisa di ganggu selagi anda menyampaikan berita
kepada pasien. Atur suara agar anda terlihat normal, tidak erogi atau bergetar
b.
Membuat hubungan
Buatlah percakapan awal, walaupun anda mengira bahwa orang yang akan anda
ajak bicara sudah memiliki firasat apa yang akan anda sampaikan.
Beberapa
tugas penting di awal ;
·
Percakapan awal
Perkenalkan diri anda dan orang ornag bersama anda, jika di sana terdapat
orang yang elum di ketahui oleh perawat
maka cari tahu siapa dia.
Kaji status
resipien ( orang yang anda tuju untuk di kabrkan dengan kabr buruk)
Tanyakan
kabar atau kenyamanan dan kebutuhannya. Anda harus mengkaji tentang pemahaman
resipien terhadap situasi.
Hal ini akan
membantu perawat dalam membuat transisi dalam menyampaikan kabar buruk dan akan
membantu perawat dalam mengkaji persepsi pasien terhadap keadaan. Perawat dapat
mengutarakan pertanyaan seperti “ mengapa tes itu di lakukan?”
c.
Berbagi cerita
Ada kiasan bahwa kabar buruk adalah seperti bom. Yang radiasinya akan
mengenai semua yang ada lingkungannya.
·
Bicara pelan
Berikan
peringatan awal “ saya takut saya
mempunyai kabar yang kurang baik untuk anda....
Kalimat hendaknya singkat dan beberapa kalimat
pendek saja.
d.
Akibat dari berita
Tunggu reaksi dan tenang
Misal : menangis, pingsan dll
·
Lihat dan
berikan respon sebagai tanda empati
Dan perawat
bisa menyampaikan “ saya paham, hal ini
sulit bagi anda. Apa yang ada dalam
pikiran anda saat ini?
·
Ikuti dan perhatikan resipien selanjutnya
Anda dapat membantu resipien agar dapat menguasai kontrol dengan menanyakan
“ apakah anda membutuhkan informasi
baru atau kita bisa bicara di kemudian? “
Berikan perhatian dan hormati
perasaan dan kebutuhan diri perawat
Sering kali perawat merasa
berat hati dan merasa stres ketika menyampikan brita buruk. Oleh karna itu
berbagi pengalaman dan perasaan terhadap teman sejawat sangat di perlukan dan
bisa sebagai support system bagi diri anda sendiri.
II.12. Respon Klien Terhadap Penyakit
Kronik
Penyakit
kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-Sosial-
Spritual ini akan meliputi respon kehilangan.
a.
Kehilangan kesehatan
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien merasa
takut , cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas.
b.
Kehilangan
kemandirian
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan
melalui berbagai perilaku, bersifat
kekanak-kanakan, ketergantungan
c.
Kehilangan
situasi
Klien merasa
kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga
kelompoknya
d.
Kehilangan
rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti
panas, nyeri, dll
e.
Kehilangan
fungsi fisik
Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal
ginjal harus dibantu melalui hemodialisa
f.
Kehilangan fungsi mental
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien
mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir
efisien sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional
g.
Kehilangan
konsep diri
Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan
fungsi sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image) peran
serta identitasnya. Hal ini dapat akan mempengaruhi idealism diri dan
harga diri rendah
h.
Kehilangan
peran dalam kelompok dan keluarga
BAB
III
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Hubungan perawat – klien yang
terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman perbaikan emosi
klien. Dalam hal ini perawat memakai dirinya secara terapeutik dengan
menggunakan berbagai teknik komunikasi agar perilaku klien berubah kea rah yang
positif secara optimal. Agar perawat dapat berperan efektif dan terapeutik, ia
harus menganalisa dirinya dari kesadaran diri, klarifikasi nilai, perasaan dan
mampu menjadi model yang bertanggungjawab. Seluruh perilaku dan pesan yang
disampaikan perawat (verbal atau non verbal) hendaknya bertujuan terapeutik
untuk klien.
Analisa hubungan intim yang terapeutik
perlu dilakukan untuk evaluasi perkembangan hubungan dan menentukan teknik dan
keterampilan yang tepat dalam setiap tahap untuk mengatasi masalah klien dengan
prinsip di sini dan saat ini (here and now).
Rasa aman merupakan hal utama yang harus diberikan pada anak agar anak bebas mengemukakan perasaannya tanpa kritik dan hukuman.
Rasa aman merupakan hal utama yang harus diberikan pada anak agar anak bebas mengemukakan perasaannya tanpa kritik dan hukuman.
IV.Saran
Seorang perawat haruslah bisa
mengekspresikan perasaan yang sebenarnya secara spontan. Di samping itu perawat
juga harus mampu menghargai klien dengan menerima klien apa adanya. Menghargai
dapat dikomunikasikan melalui duduk bersama klien yang menangis,minta maaf atas
hal yang tidak disukai klien,dan menerima permintaan klien untuk tidak
menanyakan pengalaman tertentu . Memberi
alternatif ide untuk pemecahan masalah. Tepat dipakai pada fase kerja dan tidak
tepat pada fase awal hubungan dengan
klien,terutama pada pasien kronis yang klien itu sendiri sudah tidak merasa
hidupnya berguna lagi.
Perawat perlu menganalisa teknik komunikasi yang tepat
setiapkali ia berhubungan dengan klien. Melalui
komunikasi verbal dapat diungkapkan informasi yang akurat tetapi aspek
emosi dan perasaan tidak dapat diungkapkan seluruhnya secara verbal. Dengan
mengerti proses komunikasi dan menguasai berbagai keterampilan berkomunikasi,
diharapkan perawat dapat memakai dirinya secara utuh (verbal dan non verbal)
untuk memberi efek terapeutik kepada klien.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, Hery. 1994. Komunikasi Untuk Perawat.
Jakarta: EGC
Hubungan Terapeutik Perawat - Klien ,
Budiana Keliat ,S.Kep.
Potter & Perry (2005). Fundamental keperawatan,
Edisi 5 . Jakarta : EGC
ROLEPLAY
KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KRONIS
Ø Kasus
Ny.A usia 45 tahun dirawat di RS Gambiran Kediri karena penyakit
Diabetes Melittus yang tak kunjung sembuh. Penyakit yang dideritanya selama
3tahun semakin lama semakin parah. Beliau dibawa ke RS karena beberapa waktu
lalu kaki kanannya terkena pecahan kaca dan lukanya tidak lekas sembuh
Ny.A sudah dirawat selama dua minggu, Ny.A mendapat
perawatan yang baik dari RS. Namun,
Ny.A mengatakan bahwa Beliau sudah bosan
dengan penyakit yang dideritanya selama ini. Ini membuat Ny.A sangat terpukul dan ingin mengakhiri
hidupnya. Setelah ditanya
perawat, Ny.A mengatakan bahwa Beliau malu
dengan
keadaan yang dialami dan beliau merasa lelah dengan apa yang dihadapinya
Ini
membuat perawat harus mencari cara agar ny.A tidak lebih terpuruk dengan
keadaannya. Dengan komunikasi terapeutik perawat yakin bahwa Ny.A akan merasa
ada yang memperhatikan dan akan menarik diri untuk tidak memikirkan hal – hal
yang kurang baik. Dengan begitu, perawat
menasehati Ny.A sehingga Ny.A mau untuk bersabar dan menerima keadaan yang beliau alami
saat ini.
Ø Roleplay Perawat
Melakukan Komunikasi Terapeutik Pada Klien dengan penyakit Kronis (Diabetes
Melitus)
“ Pada pagi hari seorang ibu paruh baya bernama ibu Ani yang berumur 45 tahun tidur menyingkur. Dia mempunyai
penyakit diabetes mellitus. Beliau merasa hidupnya tidak berguna lagi dan
merasa malu dengan keadaannya saat ini,. Namun, perawat memberi perngertian
bahwa semua penyakit pasti ada obatnya”
Cerita selengkapnya, kita
lihat di TKP:
P
: Selamat pagi (Perawat berhadapan dengan klien).
Ny.A
: Selamat pagi suster….!
P : Perkenalkan, nama
saya suster Dwi ( Sambil
berjabat tangan). Maaf, apakah benar
ini dengan ibu Ani?
Ny.A :
benar, saya ibu Ani.
P : Bagaimana kabar ibu Ani hari ini ? Apakah tidur semalam nyenyak?
Ny.A :
Baik suster, dan tidur saya semalam cukup nyenyak.
P : Kalau boleh tahu, kenapa ibu Ani selalu memalingkan muka setiap bertemu saya? apakah ibu Ani mau
bercerita tentang apa yang ada dibenak
ibu dengan saya?
Saya akan membantu ibu, jika ibu ada masalah. Saya akan meluangkan waktu
dan saya akan
mendengarkan.
Ny.A :
begini sus,saya malu dengan keadaan saya saat ini.
(menangis)
P : ( Perawat
mendengarkan dengan penuh perhatian )
:
Kenapa ibu Ani malu dengan keadaan ibu saat ini? ( Perawat menanyakan pertanya an An y yang berkait untuk mendapatkan informasi
yang spesifik ). Bukankah kemarin saya sudah
menjelaskan kepada ibu agar ibu tetap
bersabar? InsyaAllah, ibu akan diberi kesembuhan.
Ny.A :
Pokoknya, saya malu sus, saya ingin mati saja
(menangis)
saya malu dengan keadaan saya ini karena saya
tidak bisa seperti orang lain yang
degan mudah berkumpul dan saya tidak
mau mendapat
bantuan apapun….!
P : ibu Ani, saya mengerti apa yang ibu
rasakan . Tetapi, Ibu Ani tidak perlu malu dengan keadaan ibu sendiri, dengan ibu lebih sabar dan
tegar ibu pasti akan bisa menjalani semua ini.( Perawat berusaha mengklarifikasi
).
“Ibu Ani pun terdiam sejenak. Lalu perawat memberikan tambahan informasi
untuk memfasilitasi klien dalam mengambil keputusan”.
P : Ibu Ani, dengan pengobatan yang ibu jalani sekarang dan dengan kesabaran ibu,itu
akan membantu ibu untuk menyembuhkan
penyakit ibu. ( Perawat memberikan kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan ).
Ny.A :
tapi sus,, saya merasa hidup saya sudah tidak berguna lagi. Lihatlah sus, kaki saya,,
(menunjukkan kakinya dan menangis meronta)
P : ibu,, ibu tenang dulu, semua penyakit pasti da obatnya,
tapi obat itu tak aka nada gunanya, jika kita juga tidak berniat dari hati
bahwa kita bisa sembuh. Banyak orang diluar sana yang masih membutuhkan bantuan
ibu.
Ny.A : (menghela nafas) baik sus, saya
akan berusaha sabar dan tegar, suatu
saat nanti pasti penyakit saya ini akan sembuh.
P : ( Perawat
memberikan penghargaan dengan tersenyum pada Ibu Ani)
:
Keputusan itu sangat baik Ibu Ani, mudah-mudahan anda cepat sembuh
dan dapat beraktifitas seperti biasanya.
Ny.A :
Terima kasih sus atas motivasi yang anda
berikan.
P : Sama-sama Ibu
Ani.
Ny.A : yang terpenting saya akan selalu berdoa untuk kesembuhan saya.
Jika nanti takdir berkata lain, sayasudah siap menerimanya sus.
P : nah, ibu,,, semua itu sudah diatur sama Allah. Dan kita
harus bisa menerimanya.
Ny.A : baik sus..
Ibu Ani pun telah menyadari bagaimana keadaan yang dia
alami, dan Beliau berusaha untuk menerimanya.
Kesimpulan dari role play kali ini adalah
untuk menjalin suatu hubungan yang saling percaya, maka perawat membutuhkan
komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik ini berguna untuk mengembangkan pribadi klien kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada
pertumbuhan klien. Padapasien yang mengalami penyakit kronis ini, perawat harus lebih bisa
pbersabar untuk menuntun pasien agar keluar dari keadaan yang bisa menurunkan
semangatnya untuk hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar